"Mama tahu, tapi Mama tidak memberitahu karena Mama pengin kamu tahu sendiri dari Ryo atau melihat sendiri.
"Tapi sepertinya Mama beritahu saja, supaya membantumu mengambil keputusan.
"Begini," kata Bu Lili. "Mama punya kenalan di Samarinda. Kebetulan dia bergereja di gereja yang sama dengan Ryo dan juga bekerja di perusahaan yang sama dengan Ryo.
"Mama tanya dia, Ryo itu setelah kerja, lakuin apa. Si Roni, anak teman Mama itu bilang kalau Ryo itu cuma main game online di laptop kantor. Memang rajin ke gereja, sebagai anggota choir, namun yah, cuma-cuma segitu-gitu aja.
"Dia bekerja juga tidak menonjol. Biasa aja sebagai tenaga administrasi. Setelah kerja; dari jam 6 sampai jam 12 malam, main game online dan baca-baca artikel di internet tentang kartun-kartun jepang seperti Naruto, Samurai X dan lainnya.
"Dengar begitu kan sudah terlihat kalau dia tidak berpikir ke masa depan. Masa depan bersama kamu dalam keluarga kan butuh biaya besar. Harusnya seperti Brian itu. Rintis usaha atau punya bisnis online. Tidak tergantung pada gaji bulanan. Untuk seorang bujangan, Â dua juta setengah mungkin lebih dari cukup. Kalau sudah berkeluarga, apa masih cukup dengan uang segitu?" Bu Lili mengakhiri. Setelah lama diam, dan Helda tidak memberikan tanggapan, Bu Lili berkata lagi, "Semuanya terserah kamu, Da. Nanti kan kamu yang menjalani kehidupan setelah menikah. Jadi pilihlah dengan hati-hati. Jangan sampai salah pilih. Nanti menyesal."
"Ya, Â Ma. Makasih sarannya."
"Oke. Mama tinggal tidur ya. Jangan terlalu malam tidurnya, Da."
"Ya, Ma."
Setelah ibunya keluar, Helda merenung. Tak lama, dia mengambil hp, mengetik sebentar ke Ryo dan Brian, lalu mengirim pesan berbeda ke kedua laki-laki.
Ketika harus memilih, mungkin ada yang tersakiti, namun lebih baik jujur daripada ada dusta.