Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lima Alasan Kenapa Indonesia Tidak Akan Pernah Bisa Berpartisipasi di Piala Dunia

15 Juni 2018   23:09 Diperbarui: 15 Juni 2018   23:18 6186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia (www.bola.com)

Piala Dunia 2018 sudah dimulai. Genderang perang sudah ditabuh.

32 Negara akan berlomba, memberikan segala daya upaya untuk merengkuh kemenangan demi kemenangan, berusaha sejauh mungkin melangkah, dan kalau memungkinkan, meraih gelar juara Piala Dunia 2018 dan mengangkat Piala yang legendaris itu.

Sayangnya, Negara tercinta kita, Indonesia tak bisa ikut berpartisipasi.

Apa yang kurang dari Indonesia?

Apakah Indonesia kekurangan pemain-pemain potensial? Apakah Indonesia kurang dana segar atau uang untuk pembinaan? Apakah kompetisi di Indonesia kurang? Apakah ..., Apakah ...., Apakah ....

Akan ada sejuta pertanyaan yang mungkin timbul di benak kita semua menanyakan kenapa kok negara lain bisa, tapi Indonesia kok tidak bisa.

Nah, bicara soal negara lain yang bisa, ada satu negara yang bisa kita contoh, dan sebenarnya kalau dibandingkan dengan Indonesia, negara ini tidak masuk hitungan sama sekali.

Negara ini adalah Islandia.

Membandingkan Indonesia dengan Islandia dari segi jumlah penduduk, jelas beda jauh.

Indonesia memiliki penduduk sekitar 262 juta jiwa (menurut statistik 2017), sedangkan Islandia berpenduduk 334 ribu jiwa.

Belum lagi dari segi luas wilayah yang jomplang.  Luas Indonesia 1,905 juta km persegi sedangkan Islandia hanya 102,775 km persegi.

Bagaikan gajah dengan semut.

Namun, meskipun luas wilayah dan jumlah penduduk sangat minim, Islandia tampil luar biasa dan bisa melaju ke perhelatan Piala Dunia 2018.

Melihat keberhasilan Islandia, menjadi pembelajaran kenapa Indonesia tak berhasil menunjukkan taringnya di kancah persepakbolaan dunia.

Berkaca pada Islandia, lima alasan ini yang menyebabkan Indonesia tidak akan pernah bisa berpartisipasi di Piala Dunia.

Pertama, Infrastruktur tidak memadai

Kalau melihat Islandia, tentu saja negara itu tidak cocok dengan olahraga outdoor seperti sepakbola, karena iklim ekstrem yang bisa mencapai suhu nol derajat celsius atau malah bisa kurang dari itu.

Pemain-pemain muda Islandia terpaksa  'berkelana' ke negara lain untuk menjalani pendidikan yang akan mengasah mereka menjadi pesepakbola profesional.

Asosiasi Sepak bola Islandia (KSI) sadar bahwa kalau ingin prestasi persepakbolaan di negara mereka maju, maka infrastruktur sepakbola harus dibenahi.

 Karena iklim yang tidak bersahabat, lapangan indoor menjadi solusi bagi mereka supaya tetap bisa berlatih dan mengembangkan teknik dan taktik bermain mereka, kalau tidak ada kompetisi atau cuaca tidak memungkinkan.

Tahun 2002, KSI mulai berbenah dengan membuat lapangan indoor.

Hingga 2016, ada sebelas indoor house yang terdiri dari tujuh lapangan penuh dan empat lapangan ukuran setengah. Selain itu, ada 20 lapangan buatan dan 130 lapangan mini untuk dipergunakan secara bebas dan gratis untuk sekolah dan masyarakat Islandia.

Mungkin akan terus bertambah lagi jumlah lapangannya.

Bagaimana dengan Indonesia?

Tidak ada lapangan yang akomodatif yang bisa digunakan oleh masyarakat. Kalaupun ada, hanya lahan kosong tak terpelihara dan entah kepunyaan siapa dan dipakai untuk pertandingan tarkam yang tidak jelas untuk prestasi atau mengisi waktu semata.

Kalau seandainya Pemerintah Indonesia menganggarkan untuk pembangunan lapangan sepakbola standar, ukuran setengah, lapangan buatan, dan lapangan mini di sekolah-sekolah dan di tempat-tempat umum, kita akan cepat mengejar ketertinggalan kita dari, paling tidak, Malaysia atau Thailand.

Kedua, Kurangnya Pelatih Berkualitas

Di Islandia, mencari pelatih berkualitas tidaklah sukar.

Kenapa?

Karena kebanyakan dari pelatih Islandia sudah berlisensi UEFA.

KSI mengharuskan pelatih-pelatih sepakbola mereka untuk mengantungi lisensi UEFA jika ingin melatih klub-klub sepakbola atau bahkan sekolah-sekolah umum sekalipun.

Motto mereka dalam hal ini adalah "Untuk melahirkan pemain berkualitas, dibutuhkan pelatih berkualitas. Dan untuk melahirkan pelatih berkualitas, dibutuhkan pendidikan kepelatihan yang baik"

Maka, kursus kepelatihan pun diadakan dengan harga terjangkau supaya banyak mencetak pelatih-pelatih berkualitas.

Hasilnya?

KSI mencatat ada 180 pelatih yang memegang lisensi UEFA A (dari 180 itu, 13 orang diantaranya menyandang lisensi pelatih UEFA Pro) dan 639 pelatih yang berlisensi UEFA B pada awal tahun 2016.

Apa artinya bagi persepakbolaan Islandia?

Tentu saja, ini sangatlah baik, karena dengan begitu, dari tim sepakbola pro, amatir, wanita, sma, smp, sd bahkan sampai di pelosok desa sekalipun, mereka semua dilatih oleh pelatih-pelatih yang memiliki sertifikasi standar Internasional.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Kita sudah melihat kualitas pelatih-pelatih kita yang masih tidak jelas apakah mereka punya kompetensi atau tidak. Melihat mutu pertandingan Liga Indonesia saja membuat saya geleng-geleng kepala.

Bahkan parahnya, untuk melatih timnas kita, negara harus 'mengimpor' pelatih dari luar Indonesia. Seakan-akan pelatih luar lebih baik dibanding pelatih dari dalam negeri sendiri.

Kiranya Pemerintah bisa mengakomodasi pelatih-pelatih Indonesia supaya mereka bisa menempuh pendidikan kepelatihan UEFA dengan harga terjangkau demi keberlangsungan pembinaan pemain-pemain Indonesia yang berkualitas dan terarah.

Ketiga, Kurangnya Pembinaan Pemain Muda dan Pelaksanaan Kompetisi dari Usia Dini sampai Profesional di Indonesia.

Islandia mempunyai kendala di iklim yang tidak bersahabat, sehingga Liga Islandia hanya berlangsung selama empat bulan. Bandingkan dengan Liga Inggris yang memakan waktu sampai sembilan bulan.

Akibatnya, Islandia tidak menitikberatkan pada kompetisi lokal, tapi pada pembinaan para pemain muda.

Jadi, dengan banyaknya infrastruktur yang memadai dan melimpahnya para pelatih yang berkualitas, pembinaan pemain-pemain dari usia dini sampai dewasa bisa tertangani dengan baik dan waktu pemain-pemain muda itu berusia 17, 18, atau 19 tahun, mereka bisa mengembangkan diri ke jenjang yang lebih lanjut yaitu level profesional di Liga Inggris, Swedia, atau Denmark.

Di Indonesia?

Saya rasa Anda semua tahu bahwa tidak ada pembinaan pemain muda secara menyeluruh. Kalaupun ada, cuma ada di kota-kota besar. Padahal, mungkin ada talenta-talenta yang luar biasa di luar kota-kota besar tadi.

Kompetisi juga kebanyakan untuk yang profesional seperti Liga Indonesia. Untuk usia dini, remaja dan pemuda, tidak ada kompetisi yang teratur dilaksanakan.

Kiranya Pemerintah tanggap dengan kondisi memprihatinkan sekarang ini dan segera ambil tindakan nyata untuk kemajuan sepakbola Indonesia.

Kita mempunyai iklim tropis yang menunjang untuk perkembangan persepakbolaan secara baik, tidak seperti Islandia, namun pembinaan pemain muda dan kompetisi sangatlah menyedihkan.

Keempat, Lemahnya Mental Pemain-pemain Indonesia

Seperti penjelasan di atas, karena pemain-pemain muda Islandia 'merantau' ke Liga Inggris atau liga-liga di luar Islandia, mereka mau tidak mau harus menyesuaikan diri, beradaptasi dengan lingkungan yang baru, supaya mereka bisa diterima dan bisa membela timnas Islandia suatu hari nanti.

Salah satunya dalam hal supaya bisa diterima yaitu menguasai Bahasa Inggris adalah suatu keharusan bagi mereka.

Karena mereka 'merantau', karakter mereka pun baik dan juga tangguh.

Ambisius, tak kenal menyerah, selalu bekerja keras.

Begitulah penilaian banyak orang tentang pemain-pemain sepakbola Islandia.

Henning Berg (dulu bek Manchester United dan sekarang menjadi pelatih Lynn FC di Norwegia) pernah mempunyai pemain-pemain muda Islandia dalam timnya.

Pendapat dia soal pemain-pemain Islandia waktu melayani wawancara harian Mogunbladid adalah :

"Mental hebat adalah hal yang paling akan anda sadari dari para pemain Islandia. Mereka selalu berusaha mengeluarkan performa terbaik mereka, bekerja keras saat latihan, dan memiliki mental yang kuat. Mereka adalah pemain profesional yang bisa mengatasi tekanan."

Indonesia?

Mental masih harus dibenahi, karena dalam banyak kasus, ingin cepat mencetak gol, tapi mengabaikan pertahanan sehingga kebobolan; atau terlalu cepat percaya diri waktu mendapat gol cepat, namun waktu dalam posisi terjepit, dan gawang kebobolan, jadi pasrah dan langsung putus asa.

Kelima, Kurangnya Kesadaran dari Pemerintah untuk Memperkokoh Tim Nasional

Islandia tidak ujug-ujug menjadi besar seperti sekarang.

Ada proses yang harus mereka jalani, dari tahun 2002 sampai sekarang. 16 tahun bukan waktu yang singkat.

Infrastruktur memadai, pelatih berkualitas, pembinaan pemain muda, mempunyai mental pantang menyerah adalah pondasi dasar untuk menuju tim yang mumpuni.

Dimulai dari tanpa target, hanya sekedar berpartisipasi, lalu meningkat menjadi seperti sekarang.

Indonesia?

Saya rasa Anda sudah tahu jawabannya ^_^.

* * *

Indonesia akan bisa berpartisipasi di ajang Piala Dunia, jika belajar dari Islandia.

Lengkapi infrastruktur, sediakan kursus kepelatihan lisensi UEFA dengan biaya terjangkau sehingga banyak orang bisa mengikuti kursus, Pembinaan Pemain Muda secara Berkelanjutan, Mendidik Pemain Muda untuk mempunyai Mental Pantang Menyerah, dan Perkokoh Tim Nasional.

Kalau kelima tindakan ini dilaksanakan, Indonesia akan punya peluang tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya di edisi mendatang.

Ngomong-ngomong, Argentina akan menjadi lawan pertama Islandia pada hari Sabtu, 16 Juni 2018.

Sungguh merupakan tugas berat bagi Islandia untuk mengalahkan atau setidaknya mengimbangi Argentina yang unggul secara peringkat, teknik dan taktik dari Islandia.

Diatas kertas menunjukkan seperti itu, tapi mental The Vikings yang pantang menyerah sudah beberapa kali memberikan kejutan.

Apakah akan ada lagi kejutan dari Islandia kali ini?

Jangan alihkan tatapan Anda dari layar kaca, dan tidak akan lengkap menyaksikan laga seru ini tanpa kacang Garuda, jadi jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

Salam Sepakbola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun