Dua orang polisi langsung menahan tangan Si Oknum, mengerahkan tenaga mereka untuk melepaskan tangan Si Oknum dari leher istirnya. Si Oknum memberontak hingga tangannya terlepas dari leher sang istri. Ia baru teringat kalau masih ada polisi di sini. Ia harus kabur, begitu pikirnya. Maka dengan akal busuknya, ia menghempaskan kedua polisi yang menahan tangannya tadi hingga terjungkal, melempar vas bunga berukuran sedang ke arah dua orang polisi yang mendekat, lalu berlari kencang menuju mobilnya.
Namun, naas. Timah panas sudah lebih dulu menembus kakinya tiga meter sebelum ia mencapai mobilnya.
***
Si Oknum kembali menghela nafas dengan pandangan kosong. Ketika ia terbangun tadi, ia sudah berada di kasur rumah sakit yang keras. Tangannya diborgol dan dikaitkan dengan tepi kasur, di ruangan itu ada beberapa polisi dan satu pengacara, sepertinya. Si Oknum kembali memberontak minta dilepaskan, ia meraung-raung bak orang kesetanan hingga jatuh dari kasur dan tangannya terkilir karena masih diborgol dan kakinya yang terasa nyeri.
Di sana ia diberi obat penenang dan kembali pingsan selama dua jam. Entah efek obat penenang itu masih berjalan, Si Oknum yang tidak memiliki tenaga, atau ia sudah pasrah kala kepolisian membacakan seluruh perbuatan bejat yang ia lakukan disertakan bukti yang membuat ia bungkam. Keputusan finalnya ia ditahan untuk sementara waktu sampai waktu persidangan tiba dan pengumpulan bukti-bukti pembelaan dari pengacaranya sendiri.
"DIAM!"
Si Oknum menatap tajam satu-persatu orang yang memakai seragam yang sama dengannya yang kini menatapnya heran. Ia kemudian bangkit dengan tangan mengepal di kedua sisi tubuhnya, borgol yang mengekangnya lepas oleh amarahnya. Ia menunjuk teman-teman selnya satu persatu sembari mengitari mereka.
"KAU KAN YANG MELAPORKANKU?!"
"KAU KAN YANG IRI PADAKU?!"
"KAU KAN YANG AKU TOLAK BEKERJA SAMA? LALU KAU BALAS DENDAM?!"
"HAHAHAH!"