Mohon tunggu...
Halma Fadhila
Halma Fadhila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tidak apa-apa salah, tidak apa-apa insecure, tidak apa-apa minder, asalkan sadar kalau itu semua hanya bagian dari dunia. Masih banyak kesempatan untuk menjadi lebih baik, belajar dari masa lalu, dan berdamai dengan kekurangan. Tidak ada makhluk ciptaan Allah SWT. yang tidak berguna, bahkan sesederhana mengucapkan salam, tersenyum, dan menjadi pendengar yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Oknum

9 Februari 2024   12:00 Diperbarui: 9 Februari 2024   12:31 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua orang polisi langsung menahan tangan Si Oknum, mengerahkan tenaga mereka untuk melepaskan tangan Si Oknum dari leher istirnya. Si Oknum memberontak hingga tangannya terlepas dari leher sang istri. Ia baru teringat kalau masih ada polisi di sini. Ia harus kabur, begitu pikirnya. Maka dengan akal busuknya, ia menghempaskan kedua polisi yang menahan tangannya tadi hingga terjungkal, melempar vas bunga berukuran sedang ke arah dua orang polisi yang mendekat, lalu berlari kencang menuju mobilnya.

Namun, naas. Timah panas sudah lebih dulu menembus kakinya tiga meter sebelum ia mencapai mobilnya.

***

Si Oknum kembali menghela nafas dengan pandangan kosong. Ketika ia terbangun tadi, ia sudah berada di kasur rumah sakit yang keras. Tangannya diborgol dan dikaitkan dengan tepi kasur, di ruangan itu ada beberapa polisi dan satu pengacara, sepertinya. Si Oknum kembali memberontak minta dilepaskan, ia meraung-raung bak orang kesetanan hingga jatuh dari kasur dan tangannya terkilir karena masih diborgol dan kakinya yang terasa nyeri.

Di sana ia diberi obat penenang dan kembali pingsan selama dua jam. Entah efek obat penenang itu masih berjalan, Si Oknum yang tidak memiliki tenaga, atau ia sudah pasrah kala kepolisian membacakan seluruh perbuatan bejat yang ia lakukan disertakan bukti yang membuat ia bungkam. Keputusan finalnya ia ditahan untuk sementara waktu sampai waktu persidangan tiba dan pengumpulan bukti-bukti pembelaan dari pengacaranya sendiri.

"DIAM!"

Si Oknum menatap tajam satu-persatu orang yang memakai seragam yang sama dengannya yang kini menatapnya heran. Ia kemudian bangkit dengan tangan mengepal di kedua sisi tubuhnya, borgol yang mengekangnya lepas oleh amarahnya. Ia menunjuk teman-teman selnya satu persatu sembari mengitari mereka.

"KAU KAN YANG MELAPORKANKU?!"

"KAU KAN YANG IRI PADAKU?!"

"KAU KAN YANG AKU TOLAK BEKERJA SAMA? LALU KAU BALAS DENDAM?!"

"HAHAHAH!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun