"HAI, SAYANG. TUBUHMU SANGAT NIKMAT, AYO KITA LAKUKAN LAGI!"
"NAK, SINI. DUDUK DI SINI, NANTI KAU AKAN DAPAT SERATUS!"
"KAU! ISTRI SIALAN! JALANG TIDAK TAHU DIRI! MATILAH KAU! MATI!"
"AKU SUDAH KAYA! TIDAK ADA YANG BISA MAIN-MAIN DENGANKU! MAIN MASAK-MASAK BISA! AYO BERMAIN. HAHAHAHA! HA ... Ha ... ha."
Si Oknum tiba-tiba terdiam dengan nafas tersengal. Ia berjalan pelan menuju sudut sel dengan kepala tertunduk dan pandangan yang tidak berarti apa-apa. Sedangkan teman-teman satu selnya hanya diam sesuai instruksi polisi yang tadi langsung datang saat Si Oknum berteriak pertama kali. Si Oknum membenturkan kepalanya ke tembok dengan gerakan pelan, namun berulang. Air mata luruh satu persatu dari matanya yang sudah sayu.
Apa ini akhir baginya? Lalu bagaimana dengan harta yang sudah ia kumpulkan untuk bermain masak-masak dengan anaknya nanti? Bagaimana dengan keponakannya yang sudah ia janjikan seratus? Bagaimana dengan kakak iparnya yang sekarang sudah melahirkan anak dari buah nafsu mereka? Bagaimana dengan istrinya yang kemarin ia cekik?
Mati?
HAHAHAHA!
AAAAAAAAAAKKKHHH!
MATI!
DUG!