" setelah itu? "
" setelah itu, emmm.... Oh iya, Â saya mau ke toko buku."
" oke."
" Oke apa Rif? "
" Oke....... Saya ikut kamu ke toko buku besok."
" emmm.... "
" bagaimana Diana? "
" Oke." Diana mengacungkan jempolnya dan tersenyum. Sedang saya tidak mampu lagi menahan diriku untuk segera meninggalkan Diana di ruangan ini menuju kamar mandi. Sudah sangat kebelet rasanya.
" Oke Diana. Saya ke WC dulu. " saya pun berlalu meninggalkannya.Â
Lega rasanya setelah membuang segala kotorang yang sedari tadi mendiami kandung kemih ini. Saya keluar dari kamar mandi dan kembali berjalan menuju ruang pertemuan tadi, yang pasti Diana berada di sana. Baru aku ingin masuk keruangan itu saya melihat Diana sedang mengobrol dengan seorang lelaki yang tidak asing bagiku. Â Yah, Â dia adalah Andi sang senior yang cukup terkenal akan keaktivannya dalam organisasi, entah itu Intra maupun Ekstra kampus. Â Dan dia juga adalah mantan Diana. Â "sepertinya mereka baikan dan balikan" pikirku saat melihat gelagat mereka yang mengobrol dengan santai serta terlihat cukup romantis meski hal demikian tidaklah cocok dalam lingkungan kampus, tepatnya didalam aula. Karena ini adalah aula kampus tempat belajar dan menbicarakan hal-hal akademik serta gerakan-gerakan pembaharuan mahasiswa/mahasiswi bukan romansa yang bisa dibicarakan ditaman-taman dan dalam pentas-pentas pertunjukan seni atau saya hanya merasa cemburu.
Tidak ada pamit maupun kata perpisahan untuk meninggalkan Diana.  Meski itu terlihat buruk,  tapi akan lebih baik jika saya tidak menambahkan tekanan pada jiwaku,  cukup memalukan dan cukup sampai pada patah hati yang tak berujung ini. Setiba di kamar kost, saya merapikan barang dan sampah-sampah yang berserakan,  yang tidak pada tempatnya. Cukup terlihat rajin, cukup aktif saya berputar-putar di dalam kost. Tidak cukup sampai disitu, kamar mandipun saya bersihkan lalu ke mini market membeli pengharum ruangan serta beberapa makanan ringan.  Cukup lama,  cukup melelahkan dan cukup membuatku kantuk hingga terlelap melupakan Diana dan dunia yang mulai menatap sinis kepadaku atau saya yang mulai tidak memiliki rasa percaya diri untuk menjalani hidup, entahlah saya telah tertidur pulas hingga pesan dari Diana tidak kubuka sampai  jam 10 malam ketika Randi baru kembali dan membangunkanku.Â