Maka tidak sepantasnya kita melawan kehedak-Nya; dengan tidak mempedulikan bahaya penyebaran. Untuk kita harus menghindari kerumunan orang dan mengikuti pesan ibu; memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dengan rutinitas, di era kenormalan baru kita dapat melawan keganasan Covid-19 secara bersama. Membatasi diri untuk berdiam atau menisolasi diri secara mandiri di rumah, merupakan upaya secara individu dan kolektif untuk menghentikan persebrannya.
Dengan berdiam dan berkumpul dengan keluarga di rumah, merupakan solusi arif yang dapat kita lakukan bersama untuk menghentikan penyebaran virus. Usaha ini, merupakan bentuk kepedulian kita sebagai warga masyarakat; dengan sabar menerima musibah ini. Setiap orang yang sabar, akan mendapat ampunan dari Tuhan. Karena itu, datangnya musibah tentu ada hikmah dan jalan yang dapat kita lakukan agar bisa dapat keluar dari musibah tersebut.
Semua negara yang didalamnya terdapat keberagaman umat, bersama-sama menghentikan pernyebaran Covid-19, demi kenyamanan dan ketentraman umat manusia. Bahu-membahu dan saling pengertian satu sama lain merupakan juga kehendak Tuhan untuk memperlihatkan kepada manusia-manusia yang beriman akan kasih sayang-Nya yang teramat besar bagi kehidupan manusia di muka bumi.
Musibah Covid-19, memberikan hikmah dan pembelajaran bagi kita semua akan kasih sayang Tuhan. Ketika kita disarankan untuk banyak bekerja dirumah, maka secara otomatis kita akan berkumpulkan dengan keluarga tercinta. Ternyata, Allah memaksakan manusia dengan ke-Maha Kuasaan-Nya untuk lebih mencintai keluaganya. Ini bentuk arrahman (Kasih) dan arrahimNya (sayang) Allah kepada umat manusia. Fenomena ini, menunjukan Tuhan itu ada (al-wujud) dan DIA Satu dan Tunggal (wahdaniyah) dan penuh kasih.
Kasih Sayang Tuhan
Sebagai orang beriman, tentu akan mempercayai keadaan ini sebagai musibah. Karena musibah merupakan bentuk kasih sayang Tuhan kepada hambanya, bukan karena Tuhan murka. Disinlah, Tuhan menguji besar keimanan seseorang kepada-Nya. Kepada yang mampu melewati ujian-Nya, maka dialah orang terpilih. Selanjutnya ditinggikan jerajat kemuliaannya, karena Ia tergolong orang-orang yang sabar lagi soleh.
Sebelum virus berpandemi; kebiasaan lembur hingga larut malam, telah mengabaikan fungsi rumah dalam kehidupan kita. Khususnya terjadi pada masyarakat modern diperkotaan. Kondisi ini, telah memaksa semua lapisan masyarakat yang terbiasa dengan gaya hidup perkotaan yang hedonisme, menjadi lebih mencintai keluarganya. Tuhan menunjukan besarnya Kasih Sayang-Nya pada kita semua.
Kehadiran Covid-19 secara masif juga telah memaksa “kehidupan malam” mulai ditanggalkan, demi menyelamatkan diri sendiri dan keluarga tentunya. Manusia kembali ke fitrahnya, untuk berkumpul dan saling mengeratkan diri dalam kasih sayang berkeluarga, secara harmonis. Ini semua adalah bentuk kasih sayang Tuhan yang amat besar bagi setiap umat beragama dan bukti nyata ditunjukan bahwa Tuhan itu Satu.
Ujian Keimanan
Keberadaan Tuhan Yang Satu dalam kasih sayang-NYA terwujud dalam berbagai peristiwa, merupakan bentuk ujian keimanan. Tentu ujian tersebut, ditunjukan untuk mengetahui sejauh mana kita mempercayai bahwa Tuhan itu Satu dan DIA sangat dekat dengan kita. DIA ada melalui berbagai peristiwa sepanjang waktu. Karena Dia Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan Maha Arif lagi Bijaksana. Sebagai seorang beriman, datangnya suatu musibah atau bencana yang menimpa bumi ataupun seseorang, melainkan sudah tercatat dalam Lauhul Mahfuszh (QS Al-Hadid:22), ini wujud rukan Iman ke 6, yaitu percaya kepada Ketentuan Allah (Qadha dan Qadar).
Umat Kristen juga mempercayai bahwa takdir merupakan ketentuan Tuhan; “untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu”. (Kisah Para Rasul 4:28). Dalam hal ini, Hindu pengenal takdir sebagai Karma Phala dan umat Buddha menyebutnya Karma sebagai buah apa yang mereka perbuat di muka bumi..