Murid-murid di sekolah kami berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, baik latar belakang budaya, letak geografis, ekonomi keluarga, maupun latar belakang pendidikan orang tua. Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, baik di kelas maupun di sekolah, Bapak/Ibu guru telah menerapkan pembelajaran sosial emosional secara bertahap.Â
Guru perlu memiliki kesadaran diri, manajemen diri, keterampilan berelasi, dan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Coaching untuk Supervisi Akademik
Coaching adalah sebuah proses untuk membangun kemitraan dengan klien, dalam suatu percakapan yang  kreatif dan memicu pemikiran, untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional klien. Adapun coaching dalam konteks pendidikan menjadi salah satu proses yang dapat menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Â
Dalam hal ini guru berperan sebagai pamong yang memberikan tuntunan dengan  mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar dapat menemukan kekuatan kodrat murid-muridnya.
Keterampilan yang diperlukan  seorang coach, di antaranya komunikasi, bertanya, mendengar, dan umpan balik. Dalam coaching dikenal dengan istilah sistem among. Sistem among ini antara coach dan coachee adalah mitra belajar, emansipatif, kasih dan persaudaraan, dan ruang perjumpaan pribadi.Â
Untuk coach dan coachee adalah mitra belajar terjadi relasi yang apresiatif. Ketika mendengarkan coachee, seorang coach belajar mengenali kekuatan dirinya juga mengenal coachee secara mendalam.Â
Untuk emansipatif, proses coaching membuka ruang emansipatif bagi coach dan coachee untuk merefleksikan kebebasan  dan menemukan kekuatan dan potensi diri pada coachee.Â
Untuk kasih dan persaudaraan, proses coaching ini menguatkan semangat Tut Wuri Handayani. Antara coach dan coachee memiliki kebebasan untuk mendapatkan cinta dalam interaksi yang terjadi. Untuk ruang perjumpaan pribadi, proses coaching ini  membangun rasa percaya diri pada masing-masing, yaitu coach dan coachee.
Adapun paradigma berpikir coaching, yaitu fokus pada coachee, bersikap terbuka dan ingin tahu lebih banyak, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan membantu coachee untuk melihat peluang yan baru. Lalu, ada prinsip-prinsip coaching, yaitu kemitraan, percakapan kreatif, dan memaksimalkan potensi.
Coaching dapat dilakukan dengan  model TIRTA, yaitu 1) Tujuan, 2) Identifikasi, 3) Rencana aksi, dan 4) Tanggung jawab.  Ketika coaching dilakukan, coach dan coachee perlu memiliki kompetensi coaching, yaitu  hadir secara utuh bagi coachee, mendengarkan aktif, dan melontarkan pertanyaan berbobot.