c. Dampak Geopolitik
- Negara-negara importir seperti Jepang, Korea Selatan, dan China mungkin akan mencari sumber gas lain seperti dari Australia, Qatar, atau Rusia.
- Bisa muncul tekanan diplomatik dari negara yang bergantung pada gas Indonesia, tetapi jika industri dalam negeri sudah kuat, Indonesia dapat lebih percaya diri menghadapi tekanan tersebut.
d. Pengaruh Terhadap Stabilitas Sosial
- Jika transisi dari ekspor ke konsumsi domestik dilakukan dengan perencanaan yang matang, dampak negatif bisa ditekan.
- Namun, jika terjadi lonjakan harga energi dalam negeri akibat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan, bisa menimbulkan ketidakstabilan sosial.
Jika kesiapan infrastruktur dan industri dalam negeri sudah memadai, maka menghentikan ekspor gas dan memprioritaskan kebutuhan domestik akan memberikan dampak positif yang besar bagi ekonomi, sosial, dan politik Indonesia.
Namun, transisi ini perlu dilakukan dengan strategi bertahap untuk menghindari gangguan dalam negeri maupun tekanan internasional. Pemerintah perlu:
- Menjamin infrastruktur siap sebelum mengurangi ekspor.
- Menarik investasi industri hilir untuk menciptakan nilai tambah lebih tinggi.
- Meningkatkan efisiensi distribusi gas agar tidak terjadi kelangkaan atau ketimpangan pasokan.
- Menjaga hubungan diplomatik dengan negara yang selama ini mengimpor gas dari Indonesia agar tidak terjadi dampak negatif terhadap hubungan dagang lainnya.
Jika langkah-langkah ini dilakukan dengan baik, Indonesia bisa menjadi negara mandiri energi, memiliki industri hilir yang maju, serta membangun ketahanan pangan yang lebih kuat.
Prospek Hilirisasi Gas Alam untuk penggunaan dalam industri domestik
Mengalihkan pemanfaatan gas alam dari ekspor sebagai bahan mentah menuju hilirisasi dan penggunaan dalam industri domestik dapat menghasilkan peningkatan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Berikut adalah analisis nilai tambah tersebut dalam perspektif finansial:
1. Nilai Tambah dari Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT):
Kementerian Perindustrian melaporkan bahwa implementasi HGBT telah memberikan nilai tambah ekonomi sebesar Rp157,20 triliun selama periode 2021-2023. Investasi negara untuk program ini mencapai Rp51,04 triliun, sehingga menghasilkan keuntungan tiga kali lipat. Manfaat ini mencakup peningkatan ekspor, pendapatan pajak, pengurangan subsidi pupuk, dan peningkatan investasi.Â
2. Nilai Tambah dalam Industri Petrokimia:
Pengembangan industri hilir petrokimia dapat meningkatkan nilai produk secara signifikan. Sebagai ilustrasi, pemanfaatan paraksilin untuk produksi garmen atau karpet dapat meningkatkan nilai produk dari US$1.500 per ton menjadi US$150.000 per ton, menunjukkan peningkatan nilai lebih dari 9.900%.Â