Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kitab Nitisarasamuçcaya dari Kerinci, Layak Diusulkan sebagai "Memory of The World"

29 Oktober 2018   07:57 Diperbarui: 17 Mei 2022   14:48 1897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman ke-13 Nitisarasamuçcaya dari Kerinci (oediku.wordpress.com)

KNK ditulis oleh seorang India Muslim bernama Dipati Khoja Ali (Kuja Ali Dipati) berdasarkan rumusan hasil sidang para Dipati dari Bumi Kerinci yang berlangsung di Paseban di wilayah Palimbang --bukan kota Palembang saat ini-- dan disaksikan oleh Paduka Maharaja Dharmasraya. 

KNK menyiratkan adanya sebuah kerajaaan monarki konstitusional di masa lalu. UU tidak murni dibuat oleh raja tetapi hasil rumusan dan kesepakatan para legislator dalam hal ini para Dipati dari Bumi Kerinci yang kemudian disyahkan oleh Paduka Maharaja Dharmasraya. 

 Lebih lanjut, KNK menjadi bukti babakan akhir dari periode panjang sejarah Kerajaan Melayu Kuno di Pulau Sumatra. Hunter (2015) menyebutkan bahwa KNK terkait erat dengan penguasa Kerajaan Malayu saat itu (Adityawarman atau penerus tahtanya) yang saat itu pusat kerajaan telah berpindah ke wilayah pedalaman Sumatra  Barat (Sekitar Tanah Datar saat ini). KNK sekaligus menjadi bukti bagaimana hubungan antara penguasa di Kerinci dengan Kerajaan Malayupura pada masa klasik di Sumatra.

4. Nilai Penting bagi Masyarakat

Perilaku budaya masyarakat Kerinci terhadap KNK adalah sesuatu yang sangat unik dan mungkin tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. KNK jelas sekali adalah naskah pra-Islam (dari masa klasik) yang dijadikan pusaka dan sangat dihormati keberadaannya oleh masyarakat Kerinci  yang merupakan penganut Islam.

 Voorhoeve menyaksikan bagaimana naskah KNK diturunkan dari ruang penyimpanannya, kemudian diarak mengelilingi dusun oleh para penguasa adat setempat yang berpakaian laiknya seorang Kiyai. 

Bahkan tradisi pensakralan KNK tersebut masih berlangsung hingga sekarang dan disaksikan pula oleh Uli Kozok.  Sebuah naskah klasik yang bertahan di tengah-tengah lautan Muslim.  

Selain itu, cara masyarakat memperlakukan KNK menunjukkan bagaimana konservasi secara tradisional mampu menjaga kelestarian naskah KNK ratusan tahun lamanya.

Perarakan saat penurunan KNK dari ruang penyimpanan di Dusun Tanjung Tanah tahun 1941, dipotret oleh Voorhoeve (Dok. KITLV-Pictura)
Perarakan saat penurunan KNK dari ruang penyimpanan di Dusun Tanjung Tanah tahun 1941, dipotret oleh Voorhoeve (Dok. KITLV-Pictura)
Apa yang telah dipaparkan di atas merupakan sebagian kecil nilai penting KNK yang menunjukkan bahwa KNK sangat layak diusulkan sebagai memory of the world. Tinggal saat ini adalah bagaimana keseriusan pemerintah daerah dan upaya akademisi di bidang kebudayaan dalam memperjuangkan naskah penting ini sebagai MOW. 

Hal ini semata-mata sebagai upaya pelestarian warisan budaya sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya bangsa kepada dunia internasional.

KNK menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia sejak masa lalu telah  merumuskan UU sendiri berdasarkan asas Demokrasi, musyawarah untuk mufakat. Bahkan si penulis kitab ini terindikasi merupakan seorang Muslim  yang menuliskan pula beberapa mantra sanksrit. Sebagaimana bunyi teks di bagian akhir naskah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun