Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Aksara Surat Incung, Riwayat dan Problematikanya

27 April 2017   20:33 Diperbarui: 27 Desember 2020   18:51 2429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis sangat mengapresiasi tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya melestarikan keberadaan aksara surat Incung. Namun di sisi lain, pemerintah terkesan mengabaikan kajian akademis terhadap naskah-naskah asli surat Incung. Apakah yang 'Surat Incung' yang disebut dan dilestarikan saat ini adalah benar-benar berdasar dan sesuai dengan kaedah-kaedah pada naskah-naskah aslinya? ataukah hanya melestarikan satu varian 'Surat Incung' saja di mana varian yang lain diabaikan? ataukah melestarikan surat Incung versi terbaru dengan penambahan yang ada? 

Padahal setelah melakukan perbandingan antara naskah asli surat Incung pada media tanduk, kertas, bambu, dan daluang ternyata ditemukan adanya perbedaan karakter huruf dan karakter tanda baca yang digunakan pada naskah-naskah itu. Namun, apa yang dilestarikan saat ini dan dianggap sebagai surat Incung justru berasal dari tulisan-tulisan yang dibuat kemudian dengan merujuk pada makalah Rentjong Schrift karya Westenenk. Inilah yang menimbulkan pertanyaan mengenai  Surat Incung mana yang kita lestarikan saat ini? apalagi surat Incung sudah terlanjur diajarkan pada sekolah-sekolah dasar di Sungai Penuh dan aksara Incung digunakan pula pada reklame nama jalan dan Instansi pemerintahan yang menunjukkan identitas kebudayaan orang Kerinci.

Sebuah Saran dan Harapan

Dengan merunut riwayat penelitian surat Incung yang telah dilakukan, terlihat jelas bahwa abjad surat Incung yang digunakan hingga kini hanya bersumber dari dua naskah tanduk saja. di mana hal tersebut belum mewakili keseluruhan karakter surat Incung yang ada. Oleh sebab itu melalui tulisan ini, penulis berharap para ilmuwan, cendekia dan pemerintah berwenang menaruh perhatian sedikit untuk mengatasi problem ini. 

Sebagai sebuah saran, agar dilakukannya kajian-kajian terhadap surat Incung dalam perspektif ilmu Filologi, Paleografi dan Arkeologi. Selain itu, pelestarian dan penetapan sebagai warisan budaya tidak hanya dilakukan pada aksaranya saja tetapi juga pada naskah-naskah asli yang disimpan sebagai pusaka oleh penduduk Kerinci.

Referensi :

Bellwood, Peter, 2000. “Prasejarah Kepulauan Indo Malaysia Edisi Revisi”, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

Gusti, Amiruddin dkk, 1992. Aksara Incung Jambi: Membaca dan Menulis". makalah cetakan mandiri, Kerinci

Kozok, Uli, 2006, Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang tertua, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Usman, Amir Hakim, 1992. Nasionalisasi Aksara Kerinci. Makalah cetakan mandiri, Jambi

Westenenk, L.C. 1922. “Rèntjong-schrift”. Tijdschrift voor Taal-, Land- en Volkenkunde, vol. 61. Batavia: Albrecht en Co./’s-Gravenhage: M. Nijhoff.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun