***
Aku baru saja selesai shalat subuh ketika terdengar deru keras di depanku.
“Apakah ini salah satu halusinasiku?” tanyaku berdebar.
“Tidak, memang ada perahu di depan!” jawabku sendiri.
Aku berdiri sebisa mungkin sambil menjaga keseimbanganku di atas rakit pintuku. Dengan bersemangat, aku melambaikan tangan ke arah perahu itu.
“Woooooi… Toloooong!”
Ketika bayangan kapal mulai terlihat, aku menyadari dengan penuh kekagetan bahwa itu adalah kapal perang RI!
Dengan panik aku bertiarap dan reflek mencari pistol di saku belakangku yang tentu saja tidak kutemukan. Namun, gerakanku yang tiba-tiba tadi rupanya terlalu mengguncangkan rakit!
Tanpa bisa kucegah, jazad Aziz tercebur ke laut!
Dengan pandangan yang berputar, aku melihat jasadnya terbawa arus menjauhi rakit pintu. Panik kuceburkan diri ke laut. Mengerahkan semua tenaga yang masih ada untuk mengejar jazad yang timbul tenggelam. Tapi pandanganku terlalu berputar untuk dapat menentukan arah. Aku berbelok ke kanan sebelum menyadari bahwa aku seharusnya berbelok ke kiri.
“Allah! Allah! Selamatkan jazad adikku! Allah!” teriakku yang menyebabkan air asin laut membanjir memasuki mulutku dan membuatku semakin pusing.