“Hujan turun, Dik, kita bisa minum,” bisikku penuh semangat, mencoba menampung sebanyak mungkin air tawar dengan botol aqua yang kutemukan mengambang di dekatku.
Hilang sudah semua dahagaku. Aku bersujud syukur atas berkah ini sebelum mulai menampung lagi untuk adikku.
“Kak, haus…” bisik Aziz lemah.
“Minumlah, air ini segar sekali!” hiburku sambil memberikan botol air kepada Aziz.
Penuh kelegaan, ia meminum air dengan rasa haus tak teperi. Aku kembali membaringkan diri, mencoba menghemat energi sebisa mungkin.
“Kak, bagaimana ya nasib Ibu?” tanya Aziz tiba-tiba.
Aku hanya bisa terdiam. Tak adil rasanya berbohong pada saat seperti ini.
“Aku yakin ada hikmah besar di balik kejadian ini…” lanjut Aziz lemah.
Aku kembali hanya terdiam. Hanya bisa mengangguk dan mengiyakan.
“Allah pasti selalu memberi yang terbaik pada umat-Nya,” Aziz terus berbicara, hal yang kukhawatirkan akan menghabiskan tenaganya.
Aku menutup mataku. Silau. Juga ingin meresapi kata-kata adikku. Aku yakin Allah selalu memberi yang terbaik pada umat-Nya. Tapi benarkah kami umat-Nya yang baik? Aku membayangkan diskotik-diskotik gelap di bawah lindungan beberapa aparat yang tergiur sogokan pengusaha. Kehidupan malam di tengah ibukota propinsi satu-satunya yang menerapkan syariat Islam!