"Menuntaskan wasiat" bisik Kor, sejenak tenang dan senyap.
"Paman, beberapa tahun lebih muda" kata Addes dengan santai. Kedua rekannya melongok. "Aku senang kok, bisa melihat dia lagi" dalam hati kedua pria dipenuhi tanda tanya. "Aneh, biasanya dia yang cerewet ini langsung murung dari Kor.
"Tidak ada perubahan?" "Siapa di samping paman?" Tanya gadis itu.
"Tersangka utama" jawab Erlan.
"Addes, mau tidak mau kau harus menerima suntikan Mittikal secepatnya".
"Apa itu?"
"Waktu kita tidak terlalu banyak".
"Wasiat ayah memakan banyak waktu. Satu-satunya cara adalah mengekor orang ini" cecar Kor cepat.
Semangatnya mulai terpalu oleh usulan Erlan. Jalan tercepat adalah memperkuat posisi mereka diantara ketiganya hanya satu tak ber-Mittikal.
"Tapi, Kor. Kita tidak punya bukti apapun jika orang berkulit gelap ini, adalah pelakunya" sergah ketua. Semangat rekannya pupus "benar juga" bisik Kor pelan. Ketiganya saling diam dalam ombak pikiran masing-masing. "Paman bekerja dengan penjudinya" kedua lainnya terperangah. Sambil memerhatikan bingkai foto di tangan Addes. Dua orang berfoto dengan pakaian putih dipisahkan meja jati beratas tabung kimia dan seperangkat kartu agak lecet. "Kartu ini seperti sering dipakai, setahuku paman tidak bisa main kartu apalagi di tengah kesibukkanya. "Masih kurang, yang terpenting adalah motif".
Dor!