Jangan lupa, dalam perjalanan menuju final, pemain-pemain muda Indonesia sudah teruji menghadapi pemain-pemain dengan gaya lebih meledak-ledak seperti Ikhsan Fandi maupun Safawi Rasid. Barisan bek dan gelandang Indonesia juga mampu menahan kreativitas Nguyen Quang Hai dan kawan-kawannya saat bermain 0-0 di fase grup.
Meski, saya yakin, Indonesia di final nanti tidak akan bermain bertahan seperti saat menghadapi Vietnam di penyisihan grup. Sebab, bila ingin juara di final ya harus mencetak gol. Main menyerang.
Tapi, fokus harus lebih baik ketimbang ketika melawan Singapura. Dewangga, Irianto, dan Kambuaya yang bertugas menguasai lini tengah, tidak boleh keasyikan ketika dalam situasi menyerang.
Saat melawan Singapura di semifinal, Indonesia selalu mengawali pertandingan dengan bagus. Seperti di semifinal kedua. Indonesia bisa mencetak gol di 15 menit pertama. Ketika di atas angin, tahu-tahu Singapura yang berbalik mengendalikan permainan.
Saya yakin, coach Shin Tae-yong sudah menyiapkan cara untuk mengisolasi dua pemain andalan Thailand ini. Mungkin lebih ke zona marking. Bukan man to man marking alias menugaskan pemain khusus untuk mengawal Teerasil atau Chanathip.
Pada akhirnya, Thailand dengan pengalaman juara dan pemain lebih matang, memang lebih diunggulkan di final nanti. Tapi ingat, selalu ada kejutan di sepak bola.
Siapa tahu, di Piala AFF tahun ini, Indonesia dengan skuad mudanya bisa juara untuk kali pertama.
Terlepas dari masa lalu kelam Indonesia ketika berjumpa Thailand di final, toh anak-anak muda ini tidak ikut merasakan trauma final. Semangat dan mental mereka masih fresh.
Siapa tahu, Witan dan kawan-kawan dengan semangat anak muda, bisa tampil mengejutkan dan mengalahkan para pemain top Thailand di final. Semoga. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H