Bahwa, ada orang tua yang membawa gawainya ke tempat tukang service handphone (HP). Dia mengira ponselnya rusak sehingga meminta tukang servis HP itu untuk membetulkannya.
Orang tua itu berpikir bahwa HP -nya rusak karena tidak pernah bisa menerima panggilan telepon. Dia mengira anak-anaknya tidak bisa meneleponnya karena HP-nya rusak.
Padahal yang terjadi tidak seperti itu. Anak-anaknya bukannya tidak bisa, tapi tidak mau meneleponnya. Anak-anaknya tidak pernah meneleponnya. Mereka mungkin membelikan orang tuanya HP baru yang canggih.
Tapi, bagi orang tua, bukan kecanggihan HP yang mereka butuhkan. Tapi, optimalisasi fungsi teknologi digital itu. Buat apa HP keren tetapi mereka tidak pernah menghubungi orang tuanya yang merindu dalam kesepian.
Agar anak-anak sayang pada orang tua
Malah, berita yang sempat viral di media bulan lalu, ada orang tua yang sengaja dititipkan oleh anak-anaknya di panti jompo.
Itu gambaran anak zaman sekarang. Gambaran anak yang tidak mau repot mengurus orang tuanya karena sibuk bekerja.
Saya sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan orang tuanya diperlakukan seperti itu oleh anak-anaknya. Meski mungkin, dengan dititipkan, orang tuanya tidak lagi merasa kesepian karena punya banyak teman.
Tentu, setiap orang tua ingin di masa tuanya nanti, tidak merasakan kesepian.
Para orang tua, termasuk saya, membayangkan kelak di masa tua, setiap akhir pekan ataupun setiap bulan, akan dikunjungi anak-anak yang datang menjenguk bersama cucu-cucunya.
Meski mungkin hanya berkunjung sekadar satu atau dua hari. Tapi, itu tentu akan menjadi hiburan membahagiakan dan penyemangat hidup bagi orang tua.