Namun, kesepian yang saya khawatirkan, bukan seperti yang disampaikan Bu Sri Mulyani itu.
Bahwa, perkembangan teknologi digital dapat membawa ancaman bagi mereka yang tidak melek teknologi. Hal tersebut diprediksi dapat menyebabkan banyak orang kesepian di tahun 2045.
Bukan karena itu.
Tapi, sebagai orang tua, saya mengandaikan bakal kesepian bila kelak berpisah secara fisik dengan anak-anak. Jarang bertemu dengan mereka.
Bisa karena mereka harus bekerja jauh dari rumah. Atau mungkin karena berkeluarga, membangun/membeli rumah, dan hidup bersama istri dan anak-anaknya nun jauh di sana.
Anak-anak saya sekarang memang masih bocah. Anak mbarep (sulung), berusia 10 tahun tiga bulan tiga hari. Sementara yang bungsu berusia 8 tahun 9 bulan sembilan hari.
Nah, bila ditambahkan hitungan 24 tahun ke depan, tentu usia mereka sudah matang. Si sulung akan berusia 34 tahun. Sementara si bungsu akan berusia 32 tahun.
Dulu, di usia begitu, saya Alhamdulillah sudah berkeluarga, sudah mendiami rumah bersama istri dan dua orang anak yang tentu saja tidak lagi tinggal bersama orang tua.
Kecemasan atau mungkin juga rasa overthinking yang saya rasakan sebagai orang tua tersebut, mungkin juga dibayangkan atau bahkan sudah dialami oleh beberapa orang tua.
Ya, ada banyak orang tua yang merasakan kesepian di masa tuanya. Kesepian karena penyebab yang berbeda-beda.
Ada orang tua yang kesepian karena anak-anaknya sudah berumah tangga, bekerja, dan tinggal jauh dari rumah orang tuanya. Malah ada yang tinggal di luar negeri.