Karenanya, intensitas pertemuan anak-anak dengan orang tuanya sudah sangat jarang. Bisa bertemu langsung sebulan sekali saja sudah termasuk sangat bagus.
Bagi orang tua seperti ini, perkembangan teknologi digital bukan menyebabkan kesepian. Justru, fitur-fitur baru teknologi digital, menjadi pelepas sepi mereka. Semisal lewat teknologi video call, mereka bisa bertemu muka dan kangen dengan anaknya.
Cara itu yang dilakukan istri saya ketika merindu bertemu ibunya di Jakarta.
Karena tidak memungkinkan bisa bertemu langsung setiap bulan, terlebih saat di masa pandemi Covid-19 sedang ganas-ganasnya, melihat wajah dan mengobrol via video call sudah bisa mengobati rindu.
Selain itu, ada orang tua yang kesepian karena ditinggal pergi anaknya untuk selama-lamanya. Padahal, anak tersebut selama ini yang paling sering menjenguknya karena tinggal berdekatan dengan rumahnya.
Tetapi memang, namanya jatah hidup, belum tentu mereka yang lebih tua akan selesai duluan. Banyak terjadi, yang muda 'berangkat lebih dulu'. Soal umur memang tidak ada yang tahu.
Ada pula orang tua yang merasa kesepian karena ditinggalkan ataupun 'dilupakan' oleh anak-anaknya.
Anak-anaknya yang sudah berumah tangga, sebenarnya tidak tinggal menetap di kota antar provinsi ataupun di luar negeri. Masih tinggal di dalam satu kota ataupun luar kota yan tidak begitu jauh.
Namun, karena berdalih sibuk kerja dan mengurus keluarganya, orang tuanya sangat jarang dijenguk. Palingan bisa bertemu bila ada momen hari besar keagamaan.
Bilapun sibuk dengan urusan kerja dan keluarganya sehingga sulit bertemu tapi masih rutin berkabar dengan orang tuanya melalui video call, itu masih mendingan. Masih ada perhatian.
Perihal ini, mata saya terkadang berembun ketika mendapati cerita yang dibagikan di grup WhatsApp ataupun gambar yang diteruskan di media sosial seperti Instagram.