Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa Susahnya Berhenti Merokok saat Mengantar Anak ke Sekolah

6 Oktober 2021   14:26 Diperbarui: 8 Oktober 2021   20:21 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak sedikit orang tua yang kurang menyadari bahaya merokok di dekat anak-anak/Foto: Shutterstock. 


Ada banyak orang tua yang bergembira ketika anak-anaknya bisa kembali belajar di sekolah. Saya pun demikian.

Dari hasil bincang-bincang dengan beberapa orang tua, mereka merasa pembelajaran tatap muka lebih efektif ketimbang belajar dari rumah. Selain itu, anak-anak juga bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan.

Tidak hanya anak-anak, orang tua pun ikut kembali ke sekolah. Maksudnya, kembali punya rutinitas mengantar anak-anak ke sekolahnya. Saya pun demikian.

Mengantar ke sekolah menjadi bentuk sayang dan perhatian orang tua terhadap anak-anaknya. Bahkan, lebih besar dari rasa sayang pada diri mereka sendiri. Bilapun masih mengantuk karena kerja pulang larut malam, mereka tetap siap siaga.

Namun, terkadang ada orang tua yang tidak sadar perilaku dan kebiasaannya bisa membahayakan keselamatan anak-anaknya.

Seperti tadi pagi, ketika mengantar anak ke sekolah, saya mendapati pemandangan yang membuat saya gregetan.

Pandangan saya tertuju pada seorang ayah muda yang tengah mengantar putrinya. Setelah memarkir motornya, dia lantas berjalan menggandeng putrinya ke pintu gerbang sekolah.

Nah, yang bikin saya gregetan, tangan kiri sang ayah memegang lengan putrinya, tangan kanannya memegangi rokok yang menyala. Sesekali diisapnya.

Tentu saja asap rokoknya semburat ke mana-mana. Tak hanya menerpa wajah putrinya. Tapi juga murid-murid lainnya yang baru tiba di sekolah.

Apa nikmatnya merokok di dekat anak-anak?

Di waktu jam pulang, saat menjemput anak saya pulang sekolah, di depan sekolah, biasanya berjajar bapak-bapak dan anak-anak muda yang menunggu anak atau adiknya pulang sekolah. Ada yang asyik mengobrol sembari menikmati isapan rokok mereka.

Asapnya menyebar ke mana-mana. Menerpa anak-anak berlarian usai keluar dari kelas masing-masing.

Parahnya lagi, petugas yang bertugas menyeberangkan anak-anak karena jalan di depan sekolah lumayan ramai, kadang juga merokok. Terkadang, dia memegangi rokok yang menyala.

Sejak dulu, saya bukan perokok. Namun, saya juga tidak paranoid terhadap mereka yang merokok. Selama mereka merokok di tempat yang benar, saya santai saja.

Namun, bila melihat orang tua yang dengan santainya merokok di dekat putra-putrinya, saya jadi merasa gemas. Gregetan.

Terkadang saya spontan berujar "mas, mbok ya dimatikan dulu rokoknya, kasihan anaknya".

Bagi saya, apa sih susahnya menahan diri sebentar untuk tidak merokok bila sedang berada di dekat anak-anak. Apalagi ketika mengantar ke sekolah.

Apa sih nikmatnya merokok di dekat anak-anak?

Apa mungkin karena tidak merokok, jadi saya tidak isa memahami kenikmatannya.

Tapi, menurut saya ini bukan lagi soal kenikmatan. Tetapi keengganan sejenak menahan diri untuk tidak merokok.

Toh, bila selesai mengantar anak, ketika tidak lagi berada di lingkungan sekolah, mereka masih bisa melanjutkan merokok. Semisal mampir ke warung kopi.

Padahal, bila mereka merokok di dekat anak-anak, sadar atau tidak, para orang tua ini sejatinya telah membahayakan anak-anak mereka sendiri.

Saya yakin, mereka menyayangi anaknya. Melindungi mereka dari bahaya apapun, bahkan dari panas dan hujan sekalipun. Namun, entah sadar atau tidak, mereka membiarkan anak-anaknya mendapat bahaya yang ditimbulkan asap rokok.

Mengenali bahaya asap rokok bagi anak

Sebenarnya, kenapa paparan asap rokok berbahaya bagi anak-anak?

Sampeyan mungkin sering mendengar betapa berbahayanya jadi perokok pasif. Asap rokok yang terpapar kepada perokok pasif, konon jauh lebih berbahaya daripada asap yang diisap oleh perokok aktif.

Nah, dari beberapa referensi yang pernah saya baca perihal masalah ini, anak-anak dan bayi merupakan golongan yang paling rentan jika terpapar asap rokok.

Paparan asap rokok ternyata bisa meningkatkan risiko tejadinya berbagai gangguan kesehatan dan penyakit. Apalagi, kondisi tubuh anak-anak ,asih mengalami tumbuh kembang sehingga rentan mengidap gangguan pernapasan.

Bayi dan anak-anak yang terpapar asap rokok berisiko tinggi mengalami iritasi mata, infeksi telinga, alergi, asma, bronkitis, pneumonia, meningitis, dan bahkan sindrom kematian bayi mendadak.

Bahkan, dilansir dari Kompas.com, sebuah studi menyebutkan, anak-anak yang sering terpapar asap rokok, berisiko mengalami gangguan mental.

Berdasarkan studi dari Spanyol, anak-anak yang terpapar asap rokok di rumahnya, tiga kali lebih berisiko terkena (attention deficit hyperactive disorder) ADHD atau gangguan pemusatan perhatian dibanding anak-anak yang tidak terpapar. Anak-anak beresiko tinggi menderita ADHD jika terpapar satu jam atau lebih asap rokok setiap harinya.

"Penelitian menunjukkan, anak-anak yang terpapar asap rokok selama kurang dari satu jam per hari, lebih berisiko memiliki gangguan mental dibanding anak-anak yang tak pernah terpapar sama sekali," begitu bunyi penelitian itu seperti dilansir dari Kompas.com

Dikutip dari alodokter.com, rokok ternyata memiliki efektivitas tinggi dalam menyebarkan bahan kimia beracun. Jika diisap di dalam rumah, maka seluruh rumah akan dipenuhi zat beracun seperti nikotin, karbon monoksida, dan zat pemicu kanker.

Bahkan, seluruh ruangan di dalam rumah, termasuk kamar anak, berisiko tercemar berbagai zat berbahaya bagi tubuh tersebut.

Selain jangkauan yang luas dan penyebarannya yang cepat, asap rokok juga dapat bertahan di udara dalam waktu yang lama. Asap rokok bisa bertahan di udara hingga 2 - 3 jam, bahkan saat ventilasi rumah atau jendela terbuka.

"Selain itu, racun yang berasal dari asap rokok juga dapat menempel di badan, baju, rambut, dan tangan," begitu dikutip dari Alodokter.

Karenanya, agar aman, jangan pernah langsung bersentuhan dengan anak-anak atau bayi Anda setelah merokok. Sebaiknya cuci tangan dan muka, serta ganti pakaian dulu, agar anak-anak aman dari racun rokok.

Agar anak-anak terhindar dari asap rokok

Lalu bagaimana caranya menjauhkan anak-anak dari paparan asap rokok?

Cara paling mudah ya tidak merokok ketika berada di dekat mereka. Bila sampeyan perokok, cobalah untuk menahan diri tidak merokok di rumah. Apalagi bila ada anak-anak. Ingatlah risiko besar yang bisa terjadi pada anak-anak.

Dulu, sekira delapan tahunan silam, ketika anak-anak masih balita, istri saya sangat ketat dalam urusan memproteksi rumah dari asap rokok.

Saya bukan perokok, tetapi selama bekerja di luar rumah, saya seringkali berinteraksi dengan orang-orang yang merokok.

Nah, istri termasuk yang paling peka ketika saya pulang ke rumah lantas mencium baju saya ada bau-bau asap rokok. Karenanya, begitu tiba di rumah, saya langsung diminta untuk mengganti baju sebelum bersua anak.

Di rumah, saya juga membuat aturan "tidak tertulis" yang wajib ditaati oleh tamu yang berkunjung. Saya tidak membolehkan ruangan dalam rumah dipenuhi asap rokok. Bila tamu saya ingin merokok, saya persilahkan merokok tidak di dalam rumah.

Namun, selama ini, karena mungkin tahu saya bukan perokok, kawan-kawan ketika ke rumah, meski mereka "ahli isap" alias merokok ketika di kantor, mereka menahan diri untuk tidak merokok.

Sekadar mengobrol sembari menikmati camilan ataupun makan bila kebetulan istri memasak masakan yang sudah disiapkan.

Saya terkadang bertanya pada diri sendiri, bila dampak rokok  sebegitu buruk terhadap anak-anak, mengapa masih banyak orang tua yang santai saja merokok di dekat anak-anaknya?

Entahlah.

Mungkin saja karena ketidaktahuan mereka karena  kurangnya informasi. Tidak sedikit yang masih belum mengetahui perihal bahaya asap rokok bagi anak-anak. Karenanya, mereka santai saja.

Andai mereka tahu efek buruknya, rasanya mereka tidak akan pernah merokok sembari mengantar anak-anaknya ke sekolah.

Bila harus memilih antara mendapatkan kesenangan dari merokok atau menjaga kesehatan anak-anak, saya yakin bapak-bapak itu lebih sayang anak-anaknya. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun