Bagi saya, momen terbaik di Kompasiana juga bisa berupa pengalaman tak terlupakan. Salah satunya, saya pernah berurusan dengan preman demi membuat tulisan di Kompasiana. Cerita itu yang ingin saya bagikan di tulisan ini.
Cerita ini terjadi pada awal Januari tahun 2015 silam.
Seingat saya, kala itu, di Kompasiana ada Voluntourism Blog Competition bertema "Aksi dan Ide Memajukan Pariwisata Indonesia". Ini merupakan hasil kerja sama Kompasiana dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Waktu itu, di Kompasiana memang cukup sering ada blog competition. Hampir setiap bulan selalu ada lomba menulis berhadiah. Temanya macam-macam. Dari tema serius. Hingga yang santai.
Tantangan menulis inilah yang dulu jadi salah satu alasan saya untuk aktif menulis di Kompasiana. Selain karena saya tidak mau terjebak sekadar menulis berita straightnews di media. Tapi juga ingin membiasakan menulis opini. Menulis softnews.
Kembali ke lomba menulis itu, saya sempat hampa ide. Padahal, deadline lomba tanggal 7 Januari. Lantas, tertarik menulis bekas bencana lumpur Lapindo yang "disulap" menjadi wisata.
Dalam tulisan berjudul "Menjual Potensi Wisata Lokal, Berani Jadi Salesman" itu, saya mengulas perihal potensi wisata di kota tempat tinggal saya, Sidoarjo. Plus, sedikit saran perihal intervensi apa saja yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memajukan potensi wisata lokal di daerahnya.
Dan, tentu saja, bicara tulisan bertema potensi wisata, tidak akan lengkap tanpa adanya foto. Tulisan akan serasa hampa bila sekadar bercerita tanpa diperindah foto.
Karenanya, saya pun menyempatkan waktu untuk mengambil gambar. Datang langsung di lokasi.
Kebetulan, kala itu, saya dan istri serta dua anak kami yang masih kecil, tengah sowan ke rumah mertua di Pandaan, Pasuruan. Sehari di sana, saya ada keperluan mendadak ke Surabaya.
Nah, dalam perjalanan kembali ke Pandaan, saya menyempatkan untuk berhenti di salah satu spot 'pendakian' turis untuk naik ke tanggul lumpur demi menyaksikan pemandangan lumpur yang terhampar.