Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Dari Jakarta-Bangkok, Indonesia Jatuh Bangun Memulangkan Piala Thomas

19 Agustus 2021   07:08 Diperbarui: 19 Agustus 2021   10:41 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting jadi andalan di Piala Thomas 2020/Foto: AFP/Alexander NEMENOV 


Gelaran Piala Thomas dan Piala Uber sudah di depan mata.

Awal Oktober mendatang, turnamen bulutangkis beregu putra/putri yang mempertandingkan tiga nomor tunggal dan dua nomor ganda ini akan digelar di Aarhus, Denmark.

Kemarin, Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) sudah merilis hasil undian (drawing) Piala Thomas dan Piala Uber 2020. Kabar itu sudah tersebar luas di media arus utama maupun media sosial.

Kita tahu, di Piala Thomas, Indonesia ada di Grup A bersama Taiwan, Thailand, dan Aljazair seperti yang saya ulas di sini https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/611d27c306310e652444dcc2/piala-thomas-indonesia-satu-grup-dengan-taiwan-minnions-kembali-jumpa-peraih-medali-emas-olimpiade.

Sementara di Piala Uber, tim putri Indonesia juga berada di Grup A, bersama Jepang, Prancis, dan Jerman.

Tulisan ini akan lebih menyoroti Piala Thomas. Untuk Piala Uber akan diulas di tulisan berikutnya. Lalu, bagaimana peluang Indonesia memulangkan Piala Thomas di tahun ini?

Saya sengaja memakai kata memulangkan. Bukan meraih. Sebab, bila meraih, kesannya Indonesia belum pernah meraih Piala Thomas dan Piala Uber. Jadi kurang tepat.

Karenanya, saya memilih kata memulangkan. Sebab, tim bulutangkis Indonesia memang sudah pernah beberapa kali menjadi juara Piala Uber. Apalagi Piala Thomas. Indonesia sudah pernah juara 13 kali. Bahkan 19 kali pernah tampil di final.

Indonesia jadi negara yang paling sering juara di Piala Thomas, melebihi China yang 'baru' juara 10 kali.

Tapi, sejak jadi juara tahun 2002 di Guangzhou, Indonesia seolah mengalami 'kemarau panjang'. Piala Thomas sangat susah direbut. Tim Indonesia sudah jatuh bangun berusaha tapi Piala Thomas seolah tak mau kembali pulang ke Indonesia.

Berikut beberapa potret perjuangan tim bulutangkis putra Indonesia untuk memulangkan Piala Thomas ke tanah air.

Piala Thomas 2004 di Jakarta, Indonesia gagal pertahankan gelar

Ini pertama kali dalam 10 tahun, Piala Thomas digelar di Jakarta sejak 1994 silam. Di tahun 1994, Indonesia juara dengan mengalahkan Malaysia di final.

Satu dekade berselang, Indonesia kembali mengincar gelar juara di Jakarta. Apalagi, Indonesia berstatus juara bertahan.

Namun, yang terjadi, Indonesia terhenti di babak semifinal. Taufik Hidayat dan kawan-kawan dikalahkan Denmark 2-3. Indonesia gagal mempertahankan gelar di rumahnya sendiri.

Piala Thomas edisi 2004 itu akhirnya diraih oleh China. Di babak final, Lin Dan cs menang 3-1 atas Denmark yang mengandalkan Peter Gade.

Itu merupakan gelar kelima China. Ya, di tahun itu, China baru meraih Piala Thomas kelimanya. Sementara Indonesia sudah 13 kali. China saat itu masih tertinggal jauh dari Indonesia.

Dominasi China juara lima kali beruntun

Keberhasila meraih Piala Thomas 2004 itu rupanya menjadi tonggak kebangkitan bagi tim putra bulutangkis China. Di tahun-tahun berikutnya, mereka tidak terbendung.

Tim China sukses juara Piala Thomas lima kali beruntun, 2004, 2006, 2008, 2010, dan 2012. China menyamai sukses Indonesia yang sebelumnya juara lima kali beruntun mulai 1994 hingga 2002.

Selama kurun waktu 2002-2012, hanya sekali Indonesia bisa head to head langsung dengan China di final. Tepatnya di Piala Thomas 2010 yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia.

Hanya saja, kekuatan China kala itu memang sedang kuat-kuatnya. Motivasi mereka juga sedang tinggi-tingginya. Indonesia kalah telak 0-3 di final.

Taufik Hidayat yang turun di pertandingan pertama, kalah dari rival bebuyutannya, Lin Dan. China unggul 1-0.

Di game kedua, terjadi ulangan final ganda putra Olimpiade 2008 antara Hendra Setiawan/Markis Kido melawan Cia Yun/Fu Haifeng. Namun, Hendra/Kido yang meraih medali emas di Olimpiade 2008 di Beijing, kali ini takluk lewat rubber game.

Lantas, di game ketiga, Simon Santoso yang diharapkan bisa memperpanjang nafas tim Indonesia, takluk dari Chen Jin. China pun juara. Itu gelar kedelapan mereka.

Jepang meraih gelar pertama di 2014

Piala Thomas 2014 di India menyisakan kenangan pahit bagi tim putra Indonesia. Harapan untuk memulangkan Piala Thomas ke Indonesia kembali gagal.

Apalagi, pesaing Indonesia di Piala Thomas semakin bertambah. Bukan hanya China. Tim Piala Thomas Jepang muncul sebagai penantang gelar (title contender).

Jepang mulai memperlihatkan punya tim kuat di Piala Thomas pada edisi 2012 di Wuhan, China. Mereka bisa menaklukkan Indonesia dengan skor 3-2 di perempat final.

Itu merupakan kali pertama sepanjang sejarah gelaran Piala Thomas, Indonesia gagal lolos ke semifinal sejak berpartisipasi di turnamen ini mulai tahun 1958 di Singapura.

Misi kebangkitan digelorakan di Piala Thomas 2014 di New Delhi, India. Terlebih, tim Indonesia ditempatkan sebagai unggulan pertama.

Indonesia berhasil melangkah ke semifinal usai menang dramatis, 3-2 atas Korea Selatan. Namun, di semifinal, Indonesia malah tampil antiklimaks. Menghadapi Malaysia yang mengandalkan Lee Chong Wei, Indonesia tidak mampu meraih satupun kemenangan, kalah 0-3. 

Di final, Malaysia bersua Jepang yang meruntuhkan China 3-0 di semifinal. Final dramatis tercipta. Tim Jepang juara setelah menang 3-2. Itu gelar pertama Jepang di Piala Thomas.

Indonesia nyaris juara di edisi 2016, kalah dramatis dari Denmark di final

Piala Thomas 2016 di Kunshan, China, menjadi partisipasi perdana bagi Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie. Plus Tommy Sugiarto dan Ihsan Maulana Mustofa.

Sementara di sektor ganda, Indonesia mengandalkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Ricky Karanda Suwardi/Angga Pratama.

Tim Indonesia tampil luar biasa di semifinal ketika mengalahkan Korea Selatan yang tengah on fire dengan skor 3-1. Korea sempat unggul lewat Son Wan-ho yang mengalahkan Jonatan.

Namun, Ahsan/Hendra menyamakan skor usai mengalahkan rival bebuyutannya, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong. Lantas, Ginting dan Angga/Ricky berturut-turut menyumbang poin untuk meloloskan Indonesia ke babak final.

Di final, Indonesia berjumpa dengan Denmark yang mengalahkan Malaysia di semifinal dengan skor dramatis, 3-2. Itu pertanda, Denmark punya komposisi yang merata karena bisa menang dalam lima pertandingan.

Denmark berharap banyak pada nomor tunggal dengan mengandalkan Viktor Axelsen, Jan O Jorgensen, dan Hans-Kristian Vittinghus. Nomor inilah yang menjadi kekuatan Denmark melawan Indonesia.

Benar adanya, Denmark dua kali unggul dengan mendapat dua poin dari nomor tunggal. Axelsen mengalahkan Tommy dan Jorgensen menang dari Ginting. Indonesia dua kali menyamakan skor lewat Hendra/Ahsan dan Angga/Ricky. Sayangnya, di pertandingan penentuan, Ihsan Maulana takluk dari Vittinghus.

Itu momen paling menyedihkan bagi tim Indonesia. Setelah menunggu enam tahun untuk tampil di babak final, tapi malah kalah menyakitkan. Sementara Denmark meraih gelar pertamanya.

Piala Thomas 2018, penampilan perdana Minnions

Piala Thomas 2018 di Bangkok yang merupakan edisi terakhir, bisa menjadi gambaran tim Indonesia yang akan tampil di Piala Thomas 2020 nanti.

Ginting dan Jonatan menjadi andalan di nomor tunggal. Sementara dua pasangan ganda, Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya serta Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto melakoni debut di Piala Thomas.

Indonesia melangkah ke semifinal usai menaklukkan Malaysia 3-1 di perempat final. Minnions--julukan Marcus/Kevin dan kawan-kawan bersua China di semifinal.

China yang gagal di dua edisi Piala Thomas sebelumnya, juga tampil dengan nama-nama baru seperti Shi Yuqi dan pasangan Li Junhui/Liu Yuchen.

Yang terjadi, Indonesia gagal ke final. Ginting yang tampil di laga pertama, kalah dari Chen Long. Marcus/Kevin bisa menyamakan skor usai menang atas Liu Cheng/Zhang Nan lewat rubber game.

Sayangnya, Jonatan takluk dari Shi Yuqi di pertandingan ketiga. Itu berarti Indonesia harus menang di game keempat untuk bisa menyamakan skor. Namun, Hendra/Ahsan takluk dari Li/Liu yang kala itu memang sedang bagus-bagusnya. Indonesia pun kalah 1-3.

China akhirnya menjadi juara usai mengalahkan Jepang 3-1. Meski Chen Long kalah dari Kento Momota di laga pertama, China terbantu dengan nomor ganda yang menyumbangkan dua poin. Plus Shi Yuqi. Itu gelar ke-10 China di Piala Thomas.

Bagaimana dengan Piala Thomas 2020?

Kita tahu, Piala Thomas 2020 di Denmark seharusnya digelar tahun lalu. Namun, dimundurkan setahun karena adanya pandemi. Meski digelar di tahun 2021, tetap memakai format Piala Thomas 2020.

Indonesia kembali jadi unggulan teratas. Sangat mungkin, komposisi pemain tim Indonesia tidak berbeda jauh dari tim yang tampil di Piala Thomas 2018. Ginting, Jonatan, Marcus dan Kevin, Hendra dan Ahsan, juga Fajar dan Rian, akan tetap menjadi andalan.

Hanya untuk tunggal ketiga yang berbeda. Tidak ada lagi nama Ihsan Maulana. Kemungkinan besar, Shesar Hireen Rhustavito akan diplot sebagai tunggal putra ketiga.

Kabar bagusnya, sektor tunggal Indonesia kini lebih matang dibandingkan tahun 2018 lalu. Ginting dan Jonatan telah menunjukkan grafik peningkatan. Mereka juga ada di 10 besar ranking dunia. Shesar juga bisa diandalkan.

Sementara di nomor ganda, pelatih bisa memainkan Marcus/Kevin, Hendra/Ahsan, dan Fajar/Rian bergantian, menyesuaikan lawan yang akan dihadapi.

Bisa dibilang, ini merupakan komposisi terbaik yang dimiliki tim Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Bila di 2018 lalu jadi finalis, semoga kali ini bisa juara. Semoga Piala Thomas bisa kembali dibawa pulang ke Indonesia. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun