Seiring waktu, sejak akhir tahun 2019 lalu, saya mencoba terjun di 'dunia baru'. Bersama beberapa kawan, mencoba mengurusi media daring lokal. Maksudnya, fokus memberitakan kejadian skala lokal di kabupaten yang saya tinggali.
Selain mendirikan media, kami juga merekrut beberapa wartawan. Sebab, saya dan teman-teman tidak lagi turun langsung ke lapangan. Pendek kata, belajar menjadi atasan.
Tentu saja, pekerjaannya rangkap rangkap. Tidak hanya mengkoordinir peliputan, tapi juga mengedit tulisan dan menaikkannya ke portal medianya. Termasuk melakukan rpaat evaluasi rutin. Juga mengedukasi para wartawan muda itu perihal makna kompetensi dan etika profesi.
Belum lagi memikirkan bagaimana mencari pemasukan lewat tawaran kerja sama maupun pasang iklan di media kami. Maklum, belajar menjadi atasan tentu juga harus belajar menggaji karyawan. Meskipun masih kecil-kecilan.
Tantangannya semakin nyata karena baru berjalan beberapa bulan, pandemi Covid-19 datang menghantam. Nyaris semua sektor merasakan dampaknya. Meski, kami tetap bisa bertahan. Tetap survive.
Nah, dari belajar menjadi atasan itu, saya jadi bisa merasakan pemahaman baru. Utamanya perihal makna pencapaian tertinggi bagi seorang jurnalis.
Bagi saya, pencapaian tertinggi seorang jurnalis bukan lagi menulis buku. Namun, ketika tulisan yang mereka hasilkan, bisa bermanfaat bagi banyak orang. Bisa memberikan perubahan positif bagi pemerintah dan juga masyarakat.
Semisal ketika mereka menulis tentang adanya warga miskin di sebuah kelurahan yang luput tidak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.
Lantas, dari tulisan itu, ada perhatian dari pihak berwenang. Warga tersebut mendapatkan bantuan. Bahkan, rumahnya yang tidak layak, diperbaiki pemerintah atas usulan pihak legislatif.
Termasuk ketika ada temuan warga di desa yang menerima beras bantuan tidak layak dikonsumsi dengan mengutip keterangan kepala desa. Lantas, dari tulisan, bantuan untuk mereka jadi lebih bagus.
Atau, ketika tulisan yang memotret tempat publik seperti jembatan penyebarangan orang (JPO) maupun taman yang kumuh dan tidak layak pakai. Begitu juga tulisan perihal pelayanan publik yang masih perlu diperbaiki.