Meski sudah menjelaskan bila saya sekadar menulis di MS Word dan kirim tulisan lewat email, tapi tidak ada keringanan.
Ya sudah, setelah teh diseruput separoh, dibayar, lalu pergi. Mencari warkop lain.
Daripada galau mencari-cari warkop yang membolehkan memakai laptop, akhirnya memilih ke warung internet (warnet).
Generasi media sosial mungkin tidak kenal warnet yang memang mulai terlupakan. Padahal, di pertengahan tahun 2000-an silam, warnet adalah tempat paling hits selain rental PlayStation.
Di daerah saya, ada warnet yang masih buka. Meski sudah sepi. Tak seramai dulu ketika belum banyak orang memiliki jaringan internet di rumahnya. Palingan hanya melayani nge-print tugas anak sekolah.
Bayangkan, untuk sekadar mengirim email saja butuh perjuangan seperti itu. Dari situ, saya merasakan, internet yang lancar jaya menjadi kebutuhan utama. Tidak tergantikan.
Terlebih di masa sekolah dilakukan dari rumah imbas dari pandemi seperti sekarang, kebutuhan internet menjadi sangat penting.
Dalam urusan sekolah daring ini, saya pun merasakan kemanfaatan internet. Kegiatan sekolah dua anak saya yang kini kelas 5 SD dan kelas 3 SD, terbilang cukup padat.
Selain mendengarkan guru mengajar via Zoom, anak-anak juga memaksimalkan internet mengerjakan tugas. Di antaranya membuat video olahraga atau menyanyi, lalu mengirimkan kepada gurunya.
Terkadang, mereka juga butuh menengok channel youtube via laptop saya untuk mendukung mengerjakan tugas sekolahnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan internet yang kencang.
Pasang internet di rumah sesuai kebutuhan