Namun, kali ini ternyata berbeda.
Sedari pagi hingga siang belum ada kabar bagus. Hingga, muncul pemberitahuan di email dari pihak provider yang memberitahukan telah terjadi kerusakan kabel optik di lokasi A yang berdampak pada akses internet di wilayah yang saya tinggali.
Sebenarnya, lokasi kerusakannya cukup jauh dari rumah saya. Beda beberapa desa. Bahkan beda kecamatan.
Namun, dampaknya luas. Kabar buruknya, perbaikan kabel optik itu butuh waktu lama. Berhari-hari. Alasannya, tidak mudah untuk mendapatkan pengganti kabel optik itu.
Situasi itu berpengaruh pada aktivitas harian saya. Bila biasanya selepas Shubuh bisa memproduksi tulisan, memposting tulisan, ataupun mengirim tulisan via email, kali ini tidak.
Jadinya malah uring-uringan. Bikin stres. Sebab, situasi itu terjadi ketika mendekati masa deadline kerjaan memberesi sebuah majalah yang cetak bulanan.
Daripada uring-uringan, saya memutuskan untuk 'mengungsi' ke warung kopi (warkop). Pindah lokasi kerja ke warung kopi yang menyediakan fasilitas internet gratis. Tentunya sambil pesan kopi.
Bayangan saya, membawa laptop ke warkop lalu nyari tepat duduk yang enak. Pesan kopi. Menulis. Tak perlu memedulikan hiruk-pikuk pengunjung lainnya.
Yang terjadi, ternyata tidak begitu.
Sebab, di beberapa warung kopi di desa saya dan sekitarnya tidak mengizinkan penggunaan laptop. Alasannya karena menganggap 'boros kuota internet'. Utamanya bila ada yang bermain game lewat laptop.
Pernah saya sudah memesan segelas teh hangat. Baru duduk dan membuka tas laptop, si penjaganya bilang dilarang pakai laptop. Padahal di warkop itu tidak ada tulisan dilarang.