Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saya, Pekerja Media, dan Kenangan Bos Terbaik di "Pabrik Koran"

13 Juli 2021   10:08 Diperbarui: 14 Juli 2021   09:58 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memiliki bos yang mendengar dan mau berbaur dengan bawahannya, menjadi idaman bagi banyak orang. Saya pernah merasakan punya bos terbaik ketika dulu bekerja di perusahaan media | Foto: al.co.id/Shutterstock

Sebab, saya tahu, pak pemimpin redaksi itu tulisannya dashyat. Tulisan esainya berkelas. Gaya tulisannya menunjukkan luasnya keilmuan yang dimilikinya.

Dia memang salah satu wartawan senior. Tulisan opininya di kolom minggu sampai dibukukan. Saya punya buku itu. Dan saya belajar banyak darinya.

Nah, selama mengedit itu dan saya duduk di sampingnya, bapaknya nampak fokus sembari memberikan nasihat dan sesekali diselingi candaan. Dia tidak pelit membagikan ilmunya kepada wartawan yang masih pemula seperti saya.

"Mas, tulisanmu ini sudah enak dibaca. Kamu mengawali tulisan dengan cara yang tidak dipakai oleh banyak wartawan olahraga lainnya. Tapi, usahakan lebih diperkaya datanya," ujarnya.

Saya mendengarkan dengan seksama. Mengangguk. Mengiyakan nasihatnya. Tentu saja, saya senang dengan pujian dan nasihat itu. Bohong bila saya tidak senang dengan pujian bos idola.

Ah ya, satu lagi yang membuat bos ini terbaik. Dia bukan hanya membaur untuk urusan pekerjaan. Hobi bermain bola membuatnya juga mau berbaur dengan bawahanya bermain bola ataupun futsal di lapangan.

Bahkan, pernah ada turnamen futsal antar media, dia ikut bermain dalam tim kami. Sebagai penyerang. Mana ada bos lain yang mau ikut main futsal di turnamen yang terkadang rawan cedera dan benturan fisik.

Karena bos idola ini pula, saya bersedia dipindah ke Jakarta. Di suatu malam, dia duduk di kursi saya, mengedit tulisan saya.
Tanpa disangka dia berujar, "Mas, apakah kamu mau bila ditaruh di Jakarta?".

"Kamu masih muda. Di Jakarta kamu bisa belajar banyak hal. Bisa mendapatkan banyak pengalaman. Itu akan bagus untuk mengembangkan potensimu," ujar bapaknya.

Saya yang waktu itu masih bujang, tidak merasa perlu berpikir panjang. Meski bakal berpisah dengan keluarga, tawaran itu saya ambil. Pindah dari Surabaya ke Jakarta. Di sana meliput banyak hal. dari politik, ekonomi, hingga olahraga. Itu karena bos idola yang memberikan tawaran.

Bos yang tidak baperan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun