Yang terjadi, dia bermain tenang dan mampu menyegarkan lini tengah Portugal yang loyo di babak pertama. Meski, Portugal akhirnya kalah dari Jerman.
Dan, di laga penentuan melawan Prancis, Fernando Santos tidak ragu lagi memainkan Sanches sebagai pemain inti.
Dia menggeser Bruno Fernandes ke bangku cadangan. Bagi Sanches, dengan bermain sebagai starter, Piala Eropa seperti baru dimulai.
Diandalkan melawan Belgia di babak 16 besar
Melawan Belgia di babak 16 besar Minggu (27/6) malam waktu Eropa nanti, Pelatih Fernando Santos rasanya akan kembali menaruh kepercayaan kepada Sanches.
Dengan kengototan dan pengalamannya, pemain bertinggi badan 176 cm ini bisa diandalkan Portugal untuk membatasi ruang gerak pengatur serangan Belgia, Kevin de Bruyne.
Santos pasti paham, Sanches kini punya motivasi besar. Bukan hanya motivasi untuk membawa Portugal kembali juara. Dia juga ingin memberi pengumuman kepada publik.
Bahwa, anak muda yang dulunya pernah mengejutkan Eropa di tahun 2016 silam, kini telah kembali. Kembali terbangun setelah terjatuh. Kembali move on dari kegagalan.
Sanches adalah gambaran kebanyakan anak muda. Anak muda yang mencoba merintis kariernya di dunianya masing-masing.
Anak muda yang dengan potensi besar yang dimilikinya, mendapatkan peluang bekerja di perusahaan megah di usia muda. Itu kabar bagus. Tapi berisiko.
Lantas, mereka tersadar bahwa bekerja di tempat megah tidak selalu indah. Ada persaingan ketat, rekan kerja yang juga berambisi meraih karier bagus, hingga kesulitan beradaptasi. Tricky. Penuh 'perangkap' yang bila jatuh akan sulit bangkit.