Namun, di Lille-lah, Sanches bisa membangun kembali kariernya yang berantakan di Bayern. Setelah jatuh babak belur di Jerman, dia bertekad kembali bangun di Prancis.
Berstatus pemain termahal yang pernah dibeli Lille, Sanches menunjukkan kualitasnya. Di musim pertama, dia membantu Lille untuk finish di peringkat 4 dengan mencetak 3 gol.
Lantas, di musim 2020/21 lalu, Sanches menjadi bagian penting saat Lille menjadi juara Ligue 1 Prancis. Lille mampu mengalahkan tim superkaya bertabur pemain bintang, Paris Saint Germain (PSG).
Sanches bangkit di saat yang tepat. Ketika perhelatan Piala Eropa kembali digelar. Tak seperti Piala Dunia 2018 lalu, kali ini, Pelatih Fernando Santos tak ragu memanggilnya.
Meski, di Euro 2020, Sanches bukan lagi pemain inti Portugal seperti empat pemain lalu.
Saat melawan Hungaria di laga pertama, Sanches dicadangkan. Santos lebih memilih Bruno, William Carvalho, dan Danilo. Dia baru dimainkan di menit ke-81, menggantikan William.
Dan, Anda tahu, bagi pemain cadangan, kesempatan bermain, walau hanya 10 menit, itu seperti masa audisi yang akan menentukan masa depan sang pemain.
Bila ia tampil baik, maka kesempatan berikutnya akan datang. Sebaliknya, bila tampil buruk, tak akan ada lagi kesempatan kedua. Yang terjadi, Sanches bisa memberikan vibes positif.
Portugal yang selama 80 menit kesulitan menembus pertahanan Hungaria, sejak masuknya Sanches, ternyata bisa mencetak 3 gol.
Perandaian audisi itu benar adanya. Di laga kedua melawan Jerman, Sanches memang kembali mengawali laga dari bangku cadangan. Tapi, dia mendapatkan menit bermain lebih lama. Santos memainkannya di awal babak kedua.
Sanches tahu persis, ini bak kesempatan terakhir baginya. Now or never. Dia hanya punya dua pilihan: selesai atau terus bermain.