Terkait gorengan dan makanan pedas ini, saya dan mungkin juga sampean (Anda) kerapkali malu-malu tapi mau. Maksudnya, kita tahu bahwa terlalu sering makan gorengan itu tidak bagus bagi kesehatan.
Namun, ketika kita pelihat penjual gorengan di pinggir jalan dan tergoda oleh tampilan gorengannya, tanpa berpikir panjang langsung beli. Atau, ketika disodorkan gorengan di tempat kerja, kita tidak ragu memakannya.
Lantas, kembali tergoda mencicipi ke gorengan, apalagi gorengan yang namanya ote-ote (bakwan/bala-bala). Duh, itu susah untuk ditolak.
Belum lagi bila malam harinya, tergoda nasi dan mie goreng, atau juga nasi sambelan yang lauknya juga digoreng.
Sebenarnya, saya paham, paduan gorengan dan sambal, juga es (kalau yang ini sudah lama nggak doyan) itu bisa jadi sumber penyakit apalagi bila dikonsumsi kontinyu.
Ancaman radang tenggorokan bisa datang kapan saja. Belum lagi bila kena penyakit lain seperti sakit perut hingga typus karena kebanyakan mengonsumsi sambal, telat makan, kurang minum air putih, atau juga kurang istirahat.
Mengubah Kebiasaan Makan Jelang Ramadan
Namun, beberapa minggu menjelang datangnya Ramadan, saya benar-benar bertekad untuk menjauhi gorengan dan kawan-kawannya itu.
Apalagi gorengan yang dibeli di pinggir jalan yang minyaknya sampai menghitam itu.
Kalaupun masih mengonsumsi gorengan, palingan yang digoreng istri di rumah. Utamanya untuk lauk makan semisal tempe atau ayam. Toh itu untuk pelengkap makan sayur. Toh, itu nggak setiap hari.
Pendek kata, saya ingin menyapa Ramadan dalam kondisi sehat bugar. Saya berharap bisa menikmati Ramadan tahun ini. Bisa berpuasa dan menunaikan ibadah lainnya di bulan mulia ini.