Bagaimana rasanya bila ketika tengah tertidur lelap, mendadak atap plafon di kamar ambruk dan menghantam muka kita?
Membayangkannya saja mengerikan apalagi bila terjadi beneran.
Namun, bayangan mengerikan itu mendadak muncul dalam pikiran. Saya mendadak mengandaikan bagaimana rasanya bila kemungkinan itu terjadi.
Itu setelah kejadian yang menimpa tetangga saya. Plafon kamarnya ambruk pada malam hari.
Untungnya tidak ada korban jiwa. Sebab, ketika tahu plafon kamar sudah retak, mereka tidak menggunakan kamar utama tersebut. Mereka tidur di kamar kedua. Bersama kedua anak mereka yang masih bocah.
Dari plafon tetangga yang ambyar itu, saya jadi tahu. Ternyata, tidak semua tiang penyangga bangunan rumah ini memakai galvalum. Untuk penyangga plafon ternyata memakai kayu.
Sebab, tetangga saya bilang, kayu penyangga plafon tersebut sudah lapuk dimakan rayap. Terlebih dengan kondisi kamar yang lembab, rayap bisa semakin asyik melahap kayu itu.
Demi mengetahui kabar itu, saya wajib waspada. Saya khawatir. Sebab, bukan tidak mungkin, apa yang dialami tetangga sebelah rumah tersebut, juga terjadi pada saya.
Satu lemari pernah ludes jadi santapan rayap. Keberadaan lahan kosong di sebelah rumah boleh jadi membuat rayap lebih mudah masuk ke rumah.
Kekhawatiran itu terjadi. Sekira dua pekan lalu, plafon di kamar kedua rumah saya mendadak retak lumayan parah. Juga muncul rute garis semacam peta di film kartun anak-anak.
Padahal, belum lama, kamar itu saya bersihkan. Saya atur untuk tempat tidur anak-anak. Namun, dengan adanya "temuan" itu, saya memilih untuk memindahkan mereka di kamar depan.
Memang, melihat retakannya, plafonnya belum waktunya ambrol. Namun, keamanan yang utama. Daripada menyesal bila sudah kejadian. Â
Saya pun bersegera mencari tukang. Lebih baik diperbaiki terlebih dulu daripada ambyar duluan. Lebih baik mengganti kayu dengan materi yang anti serangan rayap.
Nah, awal pekan lalu, harusnya tukangnya sudah mulai bekerja. Bahan-bahan material yang diperlukan juga sudah datang. Namun, mereka mendadak ada urusan sehingga pengerjaannya mundur esoknya. Dikerjakan Selasa.
Esoknya, pagi, saya bersama istri berbelanja ke tukang sayur. Sekalian membeli kue untuk camilan tukangnya. Tidak lupa kopi kemasan yang kebetulan habis.
Sebab, bagi para tukang itu, katanya kurang semangat bila pagi hari belum ngopi. Makanya, minumnya harus kopi.
Nah, sesampai di rumah, ketika baru meggeser pagar, si bungsu tergesa membuka pintu. Lantas berteriak, "Ayah, plafonnya sudah ambruk," ujarnya mengabarkan. Si kakak menimpali, "sampai kaget Yah saking kerasnya".
Begitulah. Tidak lama kemudian, tukangnya datang. Plafon dibongkar. Jelas terlihat bila penyangganya kayu. Hanya penyangga genteng dan kuda-kudanya yang dari galvalum. Â
Demi melihat itu, saya lantas berujar spontan, "ini dulu kenapa kok nggak sekalian pakai galvalum. Kenapa harus kayu?"
Setelah berdiri 10 tahun, kayu pengangga itu pun lapuk. Jadi makanannya rayap. Tidak kuat lagi menyangga plafon. Rapuh.
Mengenali Tanda Gangguan Rayap di Rumah
Dan memang, rayap merupakan salah satu hama yang dapat mengganggu kekokohan bangunan. Rayap gemar menggerogoti bagian konstruksi bangunan yang terbuat dari kayu.
Apalagi, kondisi iklim Indonesia yang hangat tapi lembab. Sangat disukai rayap untuk berkembang biak.
Dari pengalaman bersinggungan dengan rayap, penting bagi kita untuk mengenali titik-titik bangunan atau benda di rumah yang rawan serangan rayap.
Semisal kusen pintu yang berada di luar rumah, lebih rawan terserang rayap dibandingkan di dalam rumah. Ini karena kusen kayu di luar rumah berhubungan langsung dengan tanah.
Lantai kayu juga rawan terhadap serangan rayap dibandingkan jenis lantai lainnya. Terlepas dari sifatnya yang mampu menahan dingin maupun panas dan memiliki tampilan cantik.
Termasuk tentunya penyangga atap dan plafon yang berbahan material kayu. Juga lemari dan sejenisnya.
Sebenarnya, kita bisa memperhatikan tanda-tanda bila beberapa bagian di rumah kita diserang rayap.
Seperti tanda-tanda kusen yang telah diserang rayap. Umumnya muncul retakan di kusen. Adanya kotoran di sekitar kusen. Juga munculnya garis cokelat menyerupai tabung lumpur kecil yang memanjang sepanjang dinding dan kusen.
Untuk lantai kayu, konon lebih sulit untuk mendeteksi serangan rayap dibandingkan dengan kusen. Namun, kita bisa memperhatikan kualitas lantai kayu.
Semisal bila mendengar lantai kayu berdecit atau terasa kosong ketika diketuk, berarti bagian lantai tersebut perlu diperiksa apakah telah diserang rayap. Khusus untuk lemari yang berpotensi jadi korban rayap, usahakan untuk rutin mengecek "dalamnya" lemari.
Merujuk pengalaman, saya dulu tidak menyangka lemari di rumah bakal "habis" digerogoti rayap. Sebab, tampilan dari luar tidak ada masalah.
Namun, ketika menata baju, ternyata di bagian dalam lemari sudah ada "tabung lumpur kecil". Rayapnya sudah berumah. Beranak pinak di sana.
Bagaimana cara mengatasinya?
Cara umum yang dipakai banyak orang untuk mengatasi rayap, bisa dengan memakai beberapa jenis cairan. Disemprotkan ke bagian perabot rumah yang diserang rayap. Semisal kusen.
Cairan itu seperti minyak tanah, air bekas cucian beras, larutan air garam, air kapur sirih, air campuran tembakau, dan termisida.
Yang jelas, untuk cairan ini, kita bisa pilihan cairan alami yang bisa dibuat sendiri seperti larutan air garam. Lantas, menggunakannya secara bertahap.
Saya pun kemarin mencoba cara itu. Sebelum kamar yang plafonnya ambruk diperbaiki, saya meminta tolong kepada tukang yang memperbaiki untuk menyemprotkan cairan ke plafon di kamar sebelah.
Sebab, saya jadi cemas. Juga bertanya-tanya. Jangan-jangan penyangga plafon kamar depan juga sudah dikuasai rayap. Bisa bertahan berapa lama sebelum (kemungkinan) ambruk.
Yang jelas, kini saya harus mulai menyisihkan duit untuk biaya rencana penggantian penyangga plafon di kamar sebelah. Harus diganti juga. Daripada tidur dibayangi "lamunan buruk" kejatuhan plafon.Â
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H