Lalu, di menit ke-33, Gnabry menyambar bola lepas dari tangkapan kiper Lyon yang membuat Bayern sudah setengah kaki ke final. Bayern akhirnya menang 3-0.
Di akhir laga, Gnabry terpilih sebagai man of the match. Mantan pemain Milan, Cosmin Contra yang menjadi UEFA Technical Observer di laga itu, menyebut Gnabry terpilih karena mencetak dua gol dan menciptakan banyak peluang untuk mencetak gol.
"Dia juga bekerja bagus membantu pertahanan timnya," ujar Contra dikutip dari situs UEFA.
Di final pada 23 Agustus mendatang, Bayern akan menghadapi Paris Saint-Germain (PSG), tim yang juga doyan menyerang seperti mereka.
Bila PSG punya Neymar, pemain yang bisa berlama-lama menguasai bola plus Kylian Mbappe yang punya kecepatan lari, Gnabry akan menjadi senjata Bayern. Dengan kecepatan lari dan kemampuannya mencetak gol, dia bisa membuat perbedaan di final nanti.
Andai Bayern yang juara, itu akan menjadi 'hadiah' terbaik bagi Gnabry. Bahwa, kerja kerasnya untuk pulih dari cedera lutut yang sempat mengancam kariernya, sekaligus memulihkan rasa percaya dirinya yang sempat berantakan di Inggris, akhirnya terbayar.
Seperti kata Pak Dahlan, Tuhan menaruhmu di "tempatmu" yang sekarang, bukan karena kebetulan. Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air mata. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H