"Saya pernah membaca tulisan yang menyebut saya pemalas, tidak bugar dan tidak pada levelnya bermain di Liga Inggris, itu membuat saya frustrasi. Disebut pemalas setelah segala hal yang saya lakukan sejak kecil, itu sungguh membuat saya marah," ujar Gnabry.
Memilih pindah ke Jerman, menata kembali kariernya
Setelah itu, Gnabry pun menganggap waktunya di Inggris sudah habis. Karenanya, ketika klub Jerman, Werder Bremen datang mengajaknya bergabung pada 31 Agustus 2016, dia langsung menyambutnya. Tawaran Arsene Wenger agar dia memperpanjang kontrak di Arsenal, dia tolak.
Keputusannya pindah ke Bundesliga tepat. Di Jerman, di usia 21 tahun, Gnabry bisa membangun kembali kariernya yang berantakan di Inggris. Dia menata kembali semangatnya yang sempat terpuruk di London.
Dia langsung jadi pilihan utama di Bremen. Di musim 2016-17 itu, Gnabry bermain 27 kali dan mencetak 11 gol. Bremen dibawanya ke posisi 8 di Bundesliga.
Dan memang, kerja keras tidak mengkhianati hasil. Penampilan apik Gnabry dipantau Bayern Munchen. Tim terbaik di Jerman itu langsung merekrutnya di akhir musim itu. Itu lompatan karier luar biasa baginya. Namun, lagi-lagi dia harus bersabar.
Sebab, Bayern memilih 'menyekolahkannya' ke klub 1899 Hoffenheim di musim 2017/18. Toh, cerita masa peminjaman kali ini jauh lebih bagus ketimbang saat di WBA dulu. Gnabry bermain bagus. Dia tampil 22 kali dan mencetak 10 gol.
Maka, Bayern pun kembali memanggilnya. Bayern rupanya memberi tes bagi Gnabry sebelum dia benar-benar layak berkostum Bayern. Dan Gnabry menunjukkan bahwa dia memang pantas bermain di level tertinggi.
Lantas, cerita Gnabry bersama Bayern dimulai 2018/19. Hasilnya, dia jadi pemain inti dan ikut membawa Bayern juara. Bahkan, Gnabry terpilih jadi pemain terbaik Bayer Munchen di musim itu.
"Bila melihat apa yang terjadi di masa lalu, saya bangga dengan hasil yang saya capai," ujar Gnabry kepada BT.
Toh, baru di musim 2019/20 inilah, nama Gnabry benar-benar 'meledak'. Utamanya ketika dia tampil dahsyat di Liga Champions.