Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Awal Bulan, Pentingnya Introspeksi, dan Menumbuhkan Motivasi

3 Agustus 2020   06:42 Diperbarui: 3 Agustus 2020   19:46 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Awal bulan menjadi periode tepat untuk melakukan introspeksi perihal apa yang sudah kita kerjakan selama sebulan lalu, lantas menumbuhkan motivasi baru/Foto: https://sepositif.com/

Selamat datang Agustus. Awal bulan itu bijaksana. Dia bisa mengingatkan sekaligus memotivasi kita. Dia bisa menyemangati kita untuk melakukan hal yang lebih baik, utamanya merujuk dari apa saja yang telah kita lakukan di bulan sebelumnya.

Bila sebulan kemarin kita merasa telah melakukan banyak hal "sesuai rencana", seperti target pekerjaan tercapai, atau keinginan memulai rencana lama sudah berjalan, maka awal bulan akan memotivasi kita untuk menjadi lebih baik lagi di bulan baru.

Namun, bila kita kecewa karena merasa belum bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan di bulan kemarin, cukuplah awal bulan menjadi semangat untuk melakukan perbaikan.

Tidak perlu lesu semangat. Tidak perlu merasa gagal. Apalagi menyerah. Sebab, bilapun kita mungkin gagal karena ada target yang tidak tercapai, toh kegagalan itu sifatnya sementara.

Dia (kegagalan) bisa berubah selama ada keinginan mengubahnya. Mumpung awal bulan, waktunya menumbuhkan keinginan menjadi lebih baik.

Keinginan untuk mewujudkan mimpi juga janji yang ingin dicapai. Persis seperti lirik lagu "Sementara" nya Float yang nge-hits itu.

Sementara

Teduhlah hatiku

Tidak lagi jauh

Belum saatnya kau jatuh

Sementara

Ingat lagi mimpi

Juga janji-janji

Jangan kau ingkari lagi

Tetapi memang, awal bulan itu bijaksana. Ia bisa menjadi pemberhentian untuk meneduhkan hati yang gundah gulana karena kejadian bulan kemarin.

Awal bulan juga pandai menumbuhkan motivasi. Ada semangat yang mendadak muncul. Ada keinginan untuk merawat kembali mimpi yang mungkin terlupakan di bulan lalu.  

Dulu ketika masih bekerja di kantoran, setiap memasuki awal bulan, ada pertanyaan rutin yang mendadak muncul di grup WhatsApp para karyawan di tempat saya bekerja. "Gajinya apakah sudah masuk?" atau "Tanggal berapa gajinya cair?".

Itu sejatinya bukan hanya pertanyaan, tetapi sebuah harapan. Utamanya bila menunggu gaji yang seharusnya sudah terkirim di tanggal sekian pada awal bulan, tetapi tidak kunjung masuk ke rekening. Sementara kondisi keuangan mulai membutuhkan asupan.

Lucunya, teman-teman lainnya tidak hanya menjawab pertanyaan. Ada juga yang menjawab dengan bercandaan. Semisal mengirim gambar meme seperti ilustrasi gaji sedang dalam perjalanan diangkut truk kontainer dan sedang macet di jalan.

Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, kabar gajian sudah dikirim pastinya sebuah kabar yang ditunggu-tunggu. Tidak hanya oleh pekerja kantoran. Tetapi juga mereka yang bekerja "tidak punya kantor"

Ya, mereka yang bekerja lepas, juga menunggu cemas kapan "waktu gajian". Apalagi bila pekerjaan sudah selesai dikerjakan dan tinggal menanti gawai mengirim pesan notifikasi bahwa transferan sudah terkirim.

Terlepas dari awal bulan pandai memotivasi, dia juga bisa menjadi bak 'cermin' yang mampu menampilkan kembali potongan-potongan kejadian yang telah kita lewati selama sebulan lalu.

Dari cermin tersebut, kita bisa bercermin lantas melakukan perenungan tentang apa saja yang telah kita lakukan. Dengan merenung dan melakukan introspeksi, kita bisa menemukan motivasi baru.

Bercermin tentang kemampuan mengelola keuangan

Apakah sampean (Anda) termasuk orang yang sering merasa khawatir ketika pergantian bulan? Merasa khawatir karena kondisi keuangan menipis sehingga berharap gaji bulan ini segera ditransfer oleh bagian keuangan perusahaan tempat sampean bekerja.

Bila ceritanya seperti itu, kita sejatinya diingatkan untuk lebih mampu mengelola keuangan. Lebih tepatnya, mengelola pemasukan (gaji) yang kita dapatkan.

Semisal bila besaran gaji yang kita terima pas-pasan untuk biaya hidup satu bulan karena mungkin masih banyak angsuran yang harus dipenuhi seperti membayar cicilan motor ataupun membayar uang sewa bulanan hunian.

Meski, kondisi keuangan yang menipis ketika pergantian bulan seringkali bukan hanya disebabkan karena gaji yang pas-pasan. Ada juga yang gajinya sudah sesuai dengan Upah Minimum Kota (UMK) atau bahkan lebih besar, tetapi masih sering mengeluh keuangannya "ngos-ngosan".

Kok bisa begitu? Yang banyak terjad, gaji cepat menipis bisa karena gaya hidup yang berprinsip "selalu ada yang baru setiap bulan" alias senang berbelanja barang baru.

Bila seperti itu, di sinilah peran awal bulan untuk mengingatkan kita. Bahwa, ada yang salah dalam cara kita mengelola uang.

Mungkin kita kurang pandai mengerem pengeluaran karena seringkali "lapar mata" sehingga membeli apa saja yang kita inginkan meski sejatinya tidak terlalu kita butuhkan.

Atau, bisa jadi sudah waktunya bagi kita untuk menambah penghasilan  lewat 'kran rezeki' lainnya karena kebutuhan keluarga yang bertambah.

Dengan melakukan introspeksi di awal bulan, kita bisa mendapatkan motivasi baru untuk bisa mengelola keuangan secara lebih baik. Sehingga, di masa pergantian bulan berikutnya, keuangan kita tidak lagi lesu.  

Bercermin tentang cara menjaga kesehatan

Awal bulan juga bisa mengingatkan kita perihal cara kita dalam menjaga kesehatan. Semisal bila dalam satu bulan lalu kita cukup sering sakit, apakah masuk angin atau sakit perut, itu berarti ada yang perlu kita evaluasi dalam cara kita menjalani rutinitas.

Kita bisa "bercermin" tentang bagaimana pola makan dan makanan yang kita konsumsi. Kita bisa melihat ulang bagaimana pola rutinitas kerja dan istirahat kita. Termasuk juga cara kita beristirahat dan tidur yang bisa berdampak pada daya tahan tubuh kita.

Mungkin saja kita terlalu bersemangat dalam bekerja sehingga tanpa sadar seringkali menomorduakan istirahat. Mungkin saja kita terlalu stress oleh target kerja dan deadline pekerjaan yang datang berbarengan. Atau bahkan cara makan kita yang sembarangan ataupun sering telat makan.

Nah, dari hasil "bercermin" di awal bulan ini, kita bisa mengubah pola hidup yang keliru di bulan sebelumnya, agar menjadi lebih sehat di bulan berikutnya.

Semisal kita menjadi termotivasi untuk lebih tertib makan, mengonsumsi makanan yang benar, juga menyeimbangkan antara waktu kerja dan istirahat.

Bercermin tentang nilai keluarga

Awal bulan juga bisa mengingatkan kita tentang bagaimana cara kita memperlakukan keluarga selama sebulan lalu.

Mungkin karena terlalu bersemangat bekerja atau keseringan 'nongkrong' dengan teman kerja sehingga sering pulang agak malam. Jadinya, kita kurang berinteraksi dengan anak-anak di rumah.

Bisa juga kita yang lebih banyak bekerja dari rumah, terlalu sibuk menyelesaikan pekerjaan. Sehingga rumah bak seperti kantor. Kita seolah lupa bahwa di rumah ada istri dan anak-anak.

Bila begitu, awal bulan menjadi periode tepat untuk merenung. Bahwa, ada yang keliru dalam cara kita berinteraksi dengan keluarga selama sebulan lalu. Kita lantas menemukan motivasi untuk menjadi lebih dekat dan meluangkan waktu untuk keluarga.

Bercermin tentang rasa syukur

Dari semua hal yang kita bisa bercermin di awal bulan, bagian ini yang mungkin seringkali kita lupakan ketika mereview perjalanan dalam satu bulan terakhir.

Kita mungkin lebih banyak mengeluh. Dari hal berat sampai hal-hal 'receh". Terlebih dalam situasi pandemi virus dengan segala dampaknya yang belum berakhir.  

Karena kebanyakan mengeluh, kita jadi kurang bersyukur. Kita jadi lupa bahwa sejatinya ada banyak hal yang masih bisa disyukuri.

Ada banyak orang yang menganggap makna bahagia dan berhasil itu dengan sekadar angka. Semisal gaji dan penghasilan yang menjadi lebih besar. Sehingga, bila gaji dan penghasilan yang didapat dalam satu bulan tetap begitu-begitu saja, seolah tidak ada hal yang patut disyukuri.

Tentu saja gaji dan penghasilan itu penting. Namun, ada yang lebih berharga dari itu. Ketika kita dan keluarga dalam kondisi sehat di masa banyak kabar orang sakit seperti sekarang, itu layak disyukuri.

Ketika anak-anak mendapatkan teman-teman dan lingkungan yang baik, dan ketika keluarga kita bahagia dengan kehidupan yang sederhana, itu juga sangat perlu disyukuri.

Bahkan, bisa tidur dengan nyenyak di malam hari, itu juga nikmat yang mungkin tidak kita sadari. Sebab, di luar sana, ada banyak orang yang sulit merasakan betapa nikmatnya bisa tidur nyenyak. Mungkin karena sedang sakit, atau juga karena harus lembur bekerja sampai pagi.

Ah, sehat itu memang terkadang seperti hal gaib yang tidak kelihatan sehingga banyak yang tidak sadar betapa nikmatnya dia. Dia akan baru dirindukan ketika sudah hilang.

Semoga kita tidak menjadikan awal bulan sekadar periode menunggu gajian ataupun penanda bergantinya bulan. Bukan sekadar angka/hari yang lewat begitu saja.

Semoga kita bisa menjadikannya  sebuah 'cermin' yang mengingatkan kita tentang segala hal yang telah kita jalani selama sebulan lalu. Lantas, kita menemukan motivasi baru untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun