Karena kebanyakan mengeluh, kita jadi kurang bersyukur. Kita jadi lupa bahwa sejatinya ada banyak hal yang masih bisa disyukuri.
Ada banyak orang yang menganggap makna bahagia dan berhasil itu dengan sekadar angka. Semisal gaji dan penghasilan yang menjadi lebih besar. Sehingga, bila gaji dan penghasilan yang didapat dalam satu bulan tetap begitu-begitu saja, seolah tidak ada hal yang patut disyukuri.
Tentu saja gaji dan penghasilan itu penting. Namun, ada yang lebih berharga dari itu. Ketika kita dan keluarga dalam kondisi sehat di masa banyak kabar orang sakit seperti sekarang, itu layak disyukuri.
Ketika anak-anak mendapatkan teman-teman dan lingkungan yang baik, dan ketika keluarga kita bahagia dengan kehidupan yang sederhana, itu juga sangat perlu disyukuri.
Bahkan, bisa tidur dengan nyenyak di malam hari, itu juga nikmat yang mungkin tidak kita sadari. Sebab, di luar sana, ada banyak orang yang sulit merasakan betapa nikmatnya bisa tidur nyenyak. Mungkin karena sedang sakit, atau juga karena harus lembur bekerja sampai pagi.
Ah, sehat itu memang terkadang seperti hal gaib yang tidak kelihatan sehingga banyak yang tidak sadar betapa nikmatnya dia. Dia akan baru dirindukan ketika sudah hilang.
Semoga kita tidak menjadikan awal bulan sekadar periode menunggu gajian ataupun penanda bergantinya bulan. Bukan sekadar angka/hari yang lewat begitu saja.
Semoga kita bisa menjadikannya  sebuah 'cermin' yang mengingatkan kita tentang segala hal yang telah kita jalani selama sebulan lalu. Lantas, kita menemukan motivasi baru untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H