Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelajaran Waspada dari KTP Tetangga yang Hilang

9 Juni 2020   14:36 Diperbarui: 11 Juni 2021   10:45 2694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi bila kita termasuk orang yang jarang bepergian ke luar kota. Palingan hanya beraktivitas di kota sendiri. Serta, tidak terlalu 'membutuhkan' peran KTP dalam aktivitas sehari-hari.

Anda memang harus mau repot bila kehilangan KTP. Sebab, bila sampean tidak mau repot dan memilih diam di rumah, jangan kaget bila mendadak muncul ancaman yang bisa merusak ketenangan bahkan keselamatan Anda. Kok bisa begitu?

Cerita tetangga kehilangan KTP yang dijadikan modus penipuan

Beberapa pekan lalu, ada tetangga di kompleks perumahan yang bercerita perihal pengalamannya pernah kehilangan KTP. Sebenarnya kehilangannya sudah tahun lalu. Tapi, namanya cerita, tentu tidak ada batasan waktu.

Tetangga saya mengaku pernah kehilangan KTP ketika dalam perjalanan dari Sidoarjo ke Malang. Waktu itu dia naik moda kereta api. Dia baru sadar KTP nya raib ketika sudah beberapa hari.

Begitu tahu KTP nya hilang, dia lantas melakukan prosedur yang harus dilakukan, Dari mengumumkan kehilangan, hingga mengurus surat kehilangan ke pihak kepolisian. Surat kehilangan itulah yang lantas dia pegang.

Singkat cerita, dia sempat berpikir bahwa urusan KTP nya yang hilang tersebut sudah selesai. Maksudnya, namanya hilang ya sudah direlakan. Tak perlu disesali. Namun, pikirannya ternyata keliru.

Sekira dua bulan kemudian, dia dikagetkan ketika ada orang mendadak datang ke rumahnya dan marah-marah. Apalagi, ketika dirinya sedang bekerja di kantor. Hanya istrinya yang berada di rumah.

Ternyata, orang yang datang marah-marah tersebut adalah korban penipuan. Dia mendatangi rumah tetangga saya tersebut untuk meminta pertanggungjawaban. Padahal, tetangga saya itu sama sekali tidak tahu-menahu urusan tersebut.

Ceritanya, ternyata dari KTP nya yang hilang dulu, dipakai oknum penipu untuk menjalankan bisnis tipu-tipu. Si penipu membuka toko online baju anak-anak. Dia memasang foto-foto produk baju lantas menuliskan alamat rumah tetangga saya (berdasarkan KTP yang hilang) sebagai tempat jualannnya.  

Karena terpesona dengan foto-foto produk baju yang dipajang di media sosialnya, plus ada jaminan alamat tempat tinggal yang bisa didatangi semisal melakukan komplain, ada pembeli yang tertarik. Tanpa tahu bila alamat itu bukan alamatnya si penipu itu. Pun, baju-baju yang dipajang juga sekadar pemanis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun