2. Saperlune (Seperlunya)
Prinsip ini berorientasi pada tingkat kepentingan atau urgensi suatu tindakan, prinsip ini menekankan pada pentingnya melakukan sesuai kebutuhan dan tujuan. Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan bahwa keinginan merupakan sumber ketidakbahagiaan. Sehingga, dengan menerapkan prinsip saperlune, manusia akan bertindak dengan mengedepankan fungsi dan kebutuhannya serta tidak lagi terikat pada keinginan (karep).
Contohnya, seorang pegawai yang hanya mengerjakan tugas sesuai dengan job description-nya tanpa berusaha mengambil keuntungan pribadi atau melibatkan diri dalam kegiatan yang tidak relevan.
3. Sacukupe (Secukupnya)
Prinsip ini dapat diartikan sebagai perasaan menerima atau rasa cukup atas apa yang telah di usahakan. Prinsip ini melatih rasa cukup atas apa yang dimiliki dan tidak terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Sikap ini memperkuat rasa syukur, yang merupakan elemen penting untuk kebahagiaan batin. Dengan menerapkan prinsip ini, seseorang dapat terhindarkan dari sifat keserakahan, ambisi maupun dorongan yang dapat menimbulkan tindakan penyimpangan.
Contohnya, seseorang yang hidup dengan rasa syukur atas apa yang ia miliki, meskipun mungkin tidak berlimpah-limpah seperti orang lain.
4. Sabenere (Sebenernya)
Prinsip sabenere memiliki makna, yaitu dalam menjalankan tindakan dilakukan secara benar tidak melanggar aturan yang ada. Tindakan yang benar adalah tindakan yang memberikan rasa nyaman dan tidak akan menimbulkan konflik atau memberikan dampak negatif dengan lingkungan sekitarnya. Prinsip ini menekankan pentingnya kejujuran, integritas, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang benar. Hal ini membantu seseorang menjalani hidup tanpa rasa bersalah atau khawatir. Prinsip ini menekankan pentingnya kejujuran, integritas, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang benar. Hal ini membantu seseorang menjalani hidup tanpa rasa bersalah atau khawatir.
Contohnya, Seorang pedagang yang jujur dalam menawarkan barang dagangannya, memberi tahu kualitas barang secara jujur kepada konsumen, tanpa menipu atau memanipulasi harga.
5. Samesthine (Semestinya)
Prinsip ini mengajarkan bahwa manusia harus bertindak sesuai dengan hukum alam, aturan sosial, atau peran mereka dalam kehidupan. Ini menciptakan keharmonisan dalam hidup. Setelah manusia mengerti dan dapat mengendalikan keinginan (karep) melalui mawas diri, maka akan menginjak pada pengetahuan tertinggi dalam hidupnya yakni, dapat mengenal dirinya sendiri atau pengetahuan diri sendiri.