Dalam pelatihan, peserta diajak untuk mempraktekkan gaya hidup sederhana, baik dalam hal pengelolaan keuangan pribadi maupun dalam cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Menghindari kehidupan yang berlebihan atau boros akan memperkecil peluang terjadinya korupsi karena pemimpin tidak terjerat pada gaya hidup yang mewah.
3) Mengurangi Kecenderungan untuk Menumpuk Kekayaan
Salah satu inti dari pelatihan ini adalah membantu pemimpin mengurangi keinginan untuk menumpuk kekayaan pribadi dengan cara yang tidak sah. Mereka didorong untuk fokus pada pemberian manfaat kepada masyarakat dan memperbaiki kehidupan bersama.
3. Membangun Ketenangan Jiwa dan Keteguhan dalam Menghadapi Tekanan
Tekanan eksternal, baik dari lingkungan sekitar, rekan kerja, atau struktur sosial yang korup, sering kali menjadi pemicu terjadinya korupsi. Pemimpin yang tidak memiliki ketenangan jiwa dan keteguhan akan lebih mudah tergoda oleh godaan atau ancaman untuk melakukan tindakan yang salah. Oleh karena itu, pelatihan kepemimpinan berdasarkan ajaran Ki Ageng menekankan pentingnya mardika rasa---kebebasan jiwa---sebagai sarana untuk menjaga integritas dalam situasi sulit. Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut.
1) Mengajarkan Pemimpin untuk Menerima Keterbatasan
Pemimpin yang memiliki ketenangan jiwa akan mampu menerima keterbatasan dirinya, serta tidak merasa perlu untuk terus-menerus berkompetisi dengan orang lain atau mencari pengakuan. Pelatihan ini mengajarkan untuk tidak terjebak dalam keinginan untuk selalu lebih dari orang lain.
2)Membangun Keteguhan Moral
Para peserta pelatihan diberi pemahaman tentang pentingnya keteguhan moral dalam menghadapi tekanan. Mereka dilatih untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, meskipun keputusan tersebut mungkin tidak populer atau menguntungkan secara pribadi.
3)Mengelola Stres dan Tekanan Sosial
Pelatihan ini juga mencakup teknik-teknik untuk mengelola stres dan tekanan sosial yang sering kali menjadi faktor pemicu korupsi. Dengan memiliki ketenangan jiwa, pemimpin akan dapat tetap tenang dan tidak terbawa arus dalam mengambil keputusan yang dapat merugikan dirinya atau orang lain.