Mohon tunggu...
Gysella Ayu Wanditha
Gysella Ayu Wanditha Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010162

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristoteles

25 Oktober 2024   01:35 Diperbarui: 25 Oktober 2024   04:37 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 PPT Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, gaya kepemimpinan yang diinspirasi oleh Aristoteles dapat menghasilkan pemimpin yang bijaksana, beretika, empatik, dan efektif dalam era modern. Dengan menerapkan gaya kepemimpinan menurut Aristoteles, para pemimpin dapat menciptakan kepemimpinan yang baik bagi organisasi maupun komunitasnya.

Tantangan dalam Menerapkan Gaya Kepemimpinan Aristoteles pada Era Modern.

1. Tekanan untuk hasil cepat dan jangka pendek

Aristoteles menekankan bahwa kebajikan dan proses jangka panjang sangat penting untuk membangun karakter dan kepemimpinan yang baik, tetapi di era modern, terutama dalam dunia bisnis, seringkali ada tekanan untuk mencapai hasil yang cepat dan tujuan jangka pendek, yang dapat mengorbankan etika dan nilai kebajikan. Pemimpin mungkin terpaksa mengambil keputusan yang hanya mengutamakan keuntungan finansial atau produktivitas dalam waktu singkat, bahkan jika keputusan tersebut tidak etis atau mempertimbangkan kesejahteraan karyawan. 

2. Kebutuhan untuk Menyeimbangkan Kepentingan Beragam Pemangku Kepentingan

Aristoteles menekankan pentingnya keseimbangan (golden mean) dalam setiap tindakan pemimpin, yang berarti keputusan harus adil dan tidak ekstrem. Namun demikian, pemimpin di era kontemporer sering dihadapkan pada banyak pemangku kepentingan yang berbeda-beda, seperti investor, karyawan, pelanggan, dan masyarakat umum. Dapat menjadi sangat sulit untuk menyeimbangkan kebutuhan dan kepentingan berbagai pemangku kepentingan. Dalam situasi ini, kepemimpinan yang adil menuntut persetujuan yang sulit dan pemimpin seringkali terpaksa membuat keputusan yang tidak menyenangkan bagi sebagian kelompok.

3. Dinamika Global dan Kompleksitas Moral

Pemimpin di era globalisasi, selain harus menangani masalah lokal juga harus mempertimbangkan nilai, norma, dan etika dari berbagai budaya. Meskipun Aristoteles menekankan bahwa kebajikan universal. Dalam praktiknya di era modern, pemimpin sering menghadapi dilema moral yang tidak mudah dipecahkan karena perbedaan norma budaya saat ini. Salah satu tantangan terbesar adalah mencoba menerapkan satu standar kebajikan universal di dunia yang sangat beragam.

4. Kecepatan Perubahan Teknologi dan Inovasi

Meskipun Aristoteles menekankan pentingnya pertimbangan rasional dalam pengambilan keputusan. Dengan inovasi teknologi yang bergerak sangat cepat, pemimpin di era modern sering kali harus membuat keputusan dalam kondisi yang tidak stabil atau tidak pasti, dan mereka sering kali harus membuat keputusan dengan cepat, yang tidak selalu memberikan cukup waktu untuk refleksi etis atau analisis rasional yang mendalam. Dengan kecepatan ini, prinsip kepemimpinan Aristotelian dapat menjadi sulit untuk diterapkan, terutama dalam lingkungan bisnis startup atau teknologi tinggi.  

5. Kepemimpinan di Era Individualisme

Aristoteles melihat manusia sebagai makhluk sosial yang mencapai kebahagiaan sejati (eudaimonia) melalui interaksi sosial yang bermakna dan kesejahteraan bersama. Namun, kepentingan individu sering kali lebih penting daripada kepentingan kolektif dalam budaya individualisme yang kuat. Jika lingkungan kerja lebih fokus pada kesuksesan pribadi atau kesuksesan individu, pemimpin yang mengutamakan kebaikan bersama dan kebajikan mungkin sulit untuk menyelaraskan tim atau organisasi mereka dalam budaya yang sangat kompetitif dan individualistik.

Kesimpulan

Gaya kepemimpinan dalam pandangan Aristoteles merujuk pada etika kebajikan (virtue) dan kebijaksanaan prkatis (phronesis). Aristoteles menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki keunggulan moral (arete) dan dapat menerapkan nilai-nilai kebajikan seperti keadilan, keberanian, kebijaksanaan dan moderasi (gold mean) dalam kepemimpinannya, serta mengimplementasikan kebijaksanaan praktis dalam menghadapi masalah yang ada. dalam pandangannya, kepemimpinan tidak hanya mengenai kekuasaan, tetapi juga mengenai tanggung jawab moral dan kemampuan untuk memandu orang lain menuju tujuan bersama yang baik. sehingga pemimpin juga bertanggung jawab dalam membantu pengikutnya dalam mencapai potensi penuhnya sebagai manusia. 

Adapun tantangan-tantangan dalam menerapkan gaya kepemimpinan menurut Aristoteles di era modern. Tantangan-tantangan ini dapat dilalui dengan adanya penyesuaian dan analisis mendalam pada setiap aspek masalah, sehingga pemimpin dapat menemukan solusi maupun cara yang tepat dalam mengatasi tantangan yang ada. Para pemimpin era modern juga diharapkan terus mengimprovisasi diri baik dari segi pengetahuan, pengalaman maupun pemahaman moral, sehingga para pemimpin dapat lebih efektif dalam mengimplementasikan gaya kepemimpinan Aristoteles dan kepemimpinan terbaik bagi masalah era modern organisasi maupun komunitasnya.

Daftar Pusataka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun