Gaya kepemimpinan menurut Aristoteles tetap relevan dalam konteks modern karena prinsip-prinsip yang diajukan sangat mendasar dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi serta konteks sosial yang berbeda. Â Terlebih dalam konteks kepemimpinan masa kini atau modern, masalah mengenai kurangnya etika, moral dan integritas serta kebajikan dan kebijaksanaan pada para pemimpin tak lagi asing dan telah menjadi rahasia umum dalam kalangan masyarakat. Adapun masalah-masalah seperti ini dapat menyebabkan masalah internal dalam organisasi maupun komunitas, hingga berujung pada kehancuran organisasi maupun komunitas itu sendiri. Maka gaya kepemimpinan menurut pandangan Aristoteles, masih sangatlah relevan dalam memberikan panduan maupun sebagai acuan bagi para pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dengan baik. Meskipun terpaut jarak yang sangat jauh, pandangan Aristoteles mengenai gaya kepemimpinan dan dasar-dasar bagaimana seorang pemimpin harus bertindak, masih memiliki pengaruh besar dalam implementasi pada masyarakat, komunitas, maupun organisasi saat ini. Berikut ini beberapa alasan-alasan mengapa gaya kepemimpinan Aristoteles masih relevan untuk diterapkan pada zaman modern atau saat ini.
1. Fokus Kepada Kebajikan Moral
Aristoteles menekankan pentingnya kebajikan moral dalam kepemimpinan. Dalam pandangannya kebajikan (virtue) atau keunggulan moral (arete) seperti nilai keadilan, keberanian, kebijaksanaan dan moderasi adalah nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh seorang pemimpin. Pada dunia saat ini yang sering kali menghadapi dilema etika, dimana pelanggaran-pelanggaran etika seringkali dilakukan oleh para pemimpin. Dalam konteks modern, dimana kecurangan dan korupsi tidak asing lagi dan isu-isu seperti transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab sosial semakin penting. Sehingga, pemimpin yang menempatkan nilai-nilai moral dan etika di depan akan lebih mampu membangun kepercayaan dan kredibilitas di antara pengikut mereka, serta pendekatan berbasis kebajikan menjadi sangat relevan dan pemimpin yang memiliki kebajikan moral dianggap dapat lebih dipercaya dalam sebuah organisasi maupun komunitas.
2. Kebijakan Praktis (Phronesis)
Dalam era yang kompleks dan penuh ketidakpastian ini, pemimpin perlu memiliki kebijaksanaan praktis untuk membuat keputusan yang tepat. Phronesis mencakup kemampuan untuk menilai situasi dengan baik dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan. Dalam dunia bisnis dan pemerintahan yang cepat berubah, sehingga seorang pemimpin harus mampu dalam membuat keputusan berdasarkan pengalaman dan analisis kritis terhadap situasi  dengan mempertimbangkan visi jangka panjang dan dampak yang ditimbulkan dari keputusan tersebut. Seorang pemimpin yang mampu menerapkan kebijakan praktis (phronesis) dalam kehidupan berorganiasinya cenderung akan lebih berhasil.
3. Orientasi pada Kebaikan Besama (Common Good)
Aristoteles beranggapan bahwa gaya kepemimpinan yang ideal selalu berorientasi pada kepentingan umum atau kebaikan bersama. Dalam dunia saat ini, dimana egoism dan keberpihakan sering terjadi dalam sebuah kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Prinsip ini dapat menjadi acuan bagi para pemimpin saat ini. Pemimpin modern diharapkan untuk mempertimbangkan kepentingan umum daripada hanya fokus pada keuntungan individu atau kelompok. Dalam konteks globalisasi dan tantangan sosial, seperti perubahan iklim dan ketidakadilan sosial, pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat luas akan lebih dihargai dan mendapatkan dukungan yang lebih besar.
4. Kepemimpinan yang Memberikan Teladan (Leading by Example)
Dalam dunia yang mengedepankan autentisitas, pemimpin yang menunjukkan komitmen nyata terhadap nilai-nilai yang mereka anjurkan akan lebih efektif dalam menginspirasi orang lain. Dengan adanya teladan maupun contoh tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjunganya dalam kehidupan sehari-hari, dapat memberikan dorongan yang kuat bagi para pengikutnya untuk mengikuti jejak kehidupan pemimpinnya dan menjalani kehidupan yang etis dan bertanggung jawab. Pemimpin yang memberi teladan akan menciptakan budaya yang lebih baik dalam organisasi atau komunitas mereka.
5. Kepemimpinan yang Mengutamakan Keadilan