"Iya, Pak."
Saya menutup komunikasi, menunggu Degul menghubungi Pak Odang menggunakan HT (Handy Talky), lalu meminta kepala tukang untuk menunda pemasangan bouwplank sebelum ada keputusan dari Pak Odang mengenai ketinggiannya. Saya tidak mau terjadi kesalahan ketika pekerjan pemasangan batu dimulai. Biar sebatas ukuran dulu, dan masih bisa dikompromikan.
Selang sepuluh menit, Pak Odang dan Degul datang. Saya langsung menyampaikan persoalan.
Pak Odang bergerak ke patok satunya dan mengamati patok yang dipasangnya beberapa hari lalu. Degul bersiap-siap dengan meteran 50 meter.
"Gul, coba ukur lagi," perintah Pak Odang. "Kamu ke sana."
"Iya, Pak," sahut Degul sambil beranjak ke pinggir Blok H2.
Di sisi kiri Blok H2 sudah terpasang saluran drainase, dan bagian bawahnya terdapat genangan air hujan. Degul meletakkan ujung meteran ke sisi dalam alias batas Blok H2 sisi kiri. Pak Odang mendekatinya untuk menarik meteran ke sisi kanan Blok H1.
Saya menunggu hasil pengukuran ulang dengan berdebar-debar. Sangat riskan jika ada selisih 20 cm. saya tidak mau terjadi kesalahan ukuran, lantas lahan kavling ada yang berkurang sekitar 10-20 cm. kurang sepuluh atau dua puluh centimeter bisa menimbulkan keributan lokal dengan Pak Demun.
"Sudah pas nih. Enam meter. Lanjutkan bouwplank-nya!"
Saya dan kepala kelompok baru saling memandang dengan diam. Saya sendiri heran sekaligus merasa aneh. Mujurnya tadi bouwplank belum jadi sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemasangan batu kali.
Tadi, kata anak buahnya, ukuran bentangan hanya 5,8 meter, sekarang kok bisa tepat 6 meter, ya?