Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Akek Bagak Menanam Batu

17 Januari 2019   14:46 Diperbarui: 17 Januari 2019   15:01 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akek Bagak belum beranjak dari atas sebuah batu berukuran raksasa di lereng Bukit Betung. Angin memainkan ubannya yang terurai. Empat elang sikep masih berputar-putar di langit. Sesekali melintas burung punai dan tiung kuning.

Pandangannya mengarah ke timur, tepatnya pesisir. Batu-batu raksasa terlihat menyeruak di antara rimbun hijau hutan belantara. Batu-batu itu dulu ia yang menanamnya beberapa puluh tahun silam, dan bininya mempercayai bahwa batu-batu tumbuh serta di samping rumah mereka berkat tangan dingin Akek Bagak.

"Woooi! Akek Bagak!"

Suara panggilan berpantul pada batang-batang dan lereng Bukit Betung berbaur kicau burung perincek dan pesuit.

Oh, Nek Kelanter sudah datang tapi di mana dia, pikir Akek Bagak.

Matanya segera mengarah ke beberapa tempat di bawah. Pepohonan dan semak yang sangat rapat sangat mengganggu pandangannya.

"Turunlah, cepat!" teriak bininya. "Makan dulu. Satu hari kau tidak makan. Cuma mencolek makanan, mana bisa bikin kenyang dan jadi tenaga!"

Rasa lapar mendadak berbunyi di perutnya. Tadi pagi, sewaktu di rumah, ia memang hanya mencolek makanan agar tidak kepun. Kebiasaan itu dilakukan karena kepercayaan orang-orang bahwa makanan bisa menjadi tulah, berupa kecelakaan, apabila tidak mendapat penghargaan. Meskipun tidak makan secuil pun, minimal dengan mencoleknya saja.

"Kau di mana, Nek Kelanter?"

"Woi, aku di sini! Di atas batu ini! Woi, Akek Bagak buler!"

"Di batu mana, Nek Kelanter?!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun