Mohon tunggu...
Syabar Suwardiman
Syabar Suwardiman Mohon Tunggu... Guru - Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Saya Guru di BBS, lulusan Antrop UNPAD tinggal di Bogor. Mari berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perlu Mental Baja untuk Menjadi Ketua RT

22 Oktober 2021   11:20 Diperbarui: 23 Oktober 2021   04:28 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Ketua RT Mengurus Kartu Keluarga (Sumber: Audia Natasha Putri via megapolitan.kompas.com)

Waktu menunjukkan jam sepuluh malam lewat sedikit, telepon berdering terdengar nyaring. Posisi sudah siap memiringkan tubuh ke arah kanan untuk istirahat setelah seharian letih mengajar. Beruntung punya istri yang sangat telaten, tempat tidur selalu dalam keadaan nyaman menerima lelahnya tubuh. 

Dering itu kubiarkan berlalu, tetapi kembali berdering. Kali ini suaranya terasa lebih kencang. 

Akhirnya dengan rasa berat, setengah terkantuk, telepon itu ku angkat.

"Pak RT maaf mengganggu malam-malam," suara Pak Je terdengar di ujung lain telepon. 

"Ya Pak," jawab saya dengan tekanan suara penuh rasa ngantuk, biar Pak Je tahu pak RT juga manusia. 

"Maaf pak RT, ini si bapak yang ngontrak depan rumah bawa perempuan yang nggak jelas, saya tidak ingin kampung kita ternoda," Pak Je melanjutkan.

"Kenapa nggak ditegur langsung?" Tanya saya menimpali.

"Nggak enak pak RT, kan kalau pak RT setidaknya punya wewenang untuk menegur," jelasnya.

Hahaha, "wewenang", kata ini menjadi viral ketika seorang pemuda diperiksa HP-nya dan merasa privasinya terganggu. 

Ada rasa sungkan ketika harus menegur. Bapak yang mengontrak depan rumah Pak Je memang seorang bapak berstatus duda. 

Saya mengenalnya karena anaknya pandai bermain gitar dan menjadi pengamen yang keliling di komplek perumahan kami. 

Hubungannya kurang dekat dengan ayahnya, bahkan cenderung tidak peduli dengan kondisi ayahnya. 

Namun tugas sebagai seorang RT harus saya jalankan, untung tidak ada perdebatan masalah privasi. Malam-malam mengetuk rumah orang lain, hanya untuk mengecek perempuan yang dibawa si bapak tadi.

Alhamdulillah saya diajari ilmu komunikasi malapah gedang, yaitu berbicara atau berbuat secara tertib penuh etika dan sopan santun sesuai dengan tahapan atau aturan yang seharusnya. 

Jadi ketika datang ke rumah bapak berstatus duda tadi, saya menanyakan kabarnya terlebih dahulu, kemudian minta maaf karena malam-malam mengganggu istirahatnya, dan menanyakan iuran RT yang belum dibayarnya. 

Saat obrolan berlangsung keluarlah perempuan yang diadukan Pak Je, kesempatan itulah yang kemudian saya kejar. 

"Siapa itu pak, kok baru kelihatan?"

Bapak berstatus duda menjawab, "Oh itu saudara saya dari kampung baru datang" 

"Oh kalau gitu bapak harus lapor karena menginap, sekalian minta KTP-nya," pinta saya.

"Baik pak RT," jawab bapak berstatus duda. 

Begitulah, besoknya bapak berstatus duda tidak datang dan menghilang dalam waktu yang cukup lama.

Itu satu kejadian saat saya menjadi ketua RT. 

Peristiwa lainnya

Ada peristiwa yang lebih mengerikan saat saya menjadi ketua RT. Bagi para penghuni, KTP dan KK wajib diserahkan guna untuk mengetahui anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut. 

Namun saya terperdaya juga, lebih tepatnya tertipu. Di perumahan saya sekitar dua puluh persen adalah pengontrak.  

Ada kontraker yang berulah, ternyata hampir seluruh anggota keluarganya pengedarnarkoba. Tapi saat penyerahan Kartu Keluarga (KK), yang diberikan adalah KK sepasang suami yang sudah cukup berumur yang tidak mungkin melakukan kejahatan. Dan ternyata itu hanyalah topeng!

Pada suatu hari sekitar jam 02.00 dini hari, terjadi penggerebekan rumah itu, semuanya diangkut polisi. 

Alhamdulillahnya pak polisi ternyata sudah menjadikan anggotan keluarga tersebut target, sehingga pada malam itu saya tidak dibangunkan, melainkan dihadapi oleh keamanan RT. 

"Kasihan pak RT," demikian dia mengatakan ke saya. 

Penipu yang terbongkar

Bagaimana caranya agar lingkungan aman? 

Perkuat silaturahmi, itulah kuncinya dengan sering mengadakan kegiatan RT, baik yang berkaitan dengan keagamaan ataupun peringatan hari kemerdekaan. 

Meskipun ini pun ada tantangannya tersendiri karena berkaitan dengan iuran perayaan. Namun manfaat utamanya sangat terasa untuk menjaga keamanan lingkungan. 

Suatu saat kami mengadakan lomba memasak untuk bapak-bapak. Semua sudah kumpul di lapangan bulu tangkis RT.  Tiba-tiba ada yang nyeletuk, "Bapak anu nggak pernah ikut, ayo kita ajak." 

Dua sampai tiga orang bapak-bapak kemudian nyamperin ke rumah yang selanjutnya saya sebut bapak X. 

Selama ini rumahnya sedikit tertutup, wajahnya tidak begitu banyak yang tahu. 

Pada saat diajak ternyata sedang ada tamu di rumahnya, sehingga pintu rumahnya terbuka dan si bapak X tidak bisa menghindar ketika kami ajak. 

Dia memanggil dirinya pak haji X. Pakaiannya selalu bergamis putih, kata orang bapak X orang yang berilmu. 

Ikutlah si bapak X ini perlombaan memasak dalam rangka 17 Agustusan yang sesungguhnya dia segan untuk ikut kegiatan itu. 

Seksi dokumentasi mengabadikan lomba itu dari berbagai sudut. Tak luput si bapak X juga difoto, meskipun ada usaha menghindari, terutama ketika mau difoto wajahnya. Saat itu dalam benak saya berpikir, mungkin karena ia tidak biasa difoto saja.  

Kemudian apa yang terjadi?

Ternyata si bapak X ini adalah sindikat penggelapan mobil rental. Rupanya ada tetangga kami yang biasa merentalkan mobil sedang jadi incarannya. 

Modal ngontrak 3 sampai dengan 6 bulan untuk membeli kepercayaan dan sekaligus mempelajari situasi malah akhirnya terbongkar hanya karena lomba masak 17 Agustusan.

Penutup

Begitulah lika liku yang saya alami selama menjadi RT. Tiga kali saya dipercaya menjadi ketua RT dengan durasi waktu yang berbeda karena ternyata sulit juga mencari yang mau jadi ketua RT. 

Tugas ketua RT itu berat, kamu nggak akan kuat (bahasa Dilan). Banyak persoalan kecil dalam masyarakat yang kadang seluruhnya diserahkan pada RT, keamanan, tata lingkungan, perselisihan. Namun tentunya persoalan di tiap RT berbeda, tergantung anggota masyarakat RT-nya. 

Di beberapa perumahan tertentu ada juga yang ketua RT jobless, karena sudah diambil alih pihak pengembang. RT hanya semacam kelengkapan administrasi yang harus ada.

Sekarang menjadi ketua RT lumayan dapat tunjangan meskipun masih jauh dari ideal. Dalam banyak hal, ketua RT merupakan ujung tombak dari berbagai program pemerintah. 

Oleh karena itu, sudah sewajarnya tatanan keberadaannya diperkuat dan dijelaskan kewenangannya dengan lebih jelas, sehingga bisa lebih tenang dan leluasa dalam menjalankan tugasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun