Kembali ke Ibunya anak-anak saya, ia adalah sosok yang sangat mau direpotkan oleh anak-anaknya.  Jika ada kegiatan bersama di kantor, setiap saya perhatikan selalu paling banyak dan lengkap bawaannya, padahal hanya pergi sehari.  Mulai dari pernak-pernik kayu putih, minyak telon, tempat mandi anak yang terpisah  apalagi kalau tujuannya ke pantai.  Seorang teman perempuan nyeletuk salut katanya, kalau saya yang praktis saja.Â
Suatu saat ada kegiatan kantor dengan keluarga untuk wisata ke pantai. Â Pas sudah selesai kegiatan berenang, ternyata baru sadar betapa pentingnya membawa kelengkapan seperti yang dilakukan istri saya. Â Teman perempuan tadi meminjam (tepatnya meminta) kayu putih, shampo dan juga sabun anak.Â
Mau direpotkan oleh anak-anak saat kecilnya ternyata dipetiknya saat anak-anak sudah beranjak dewasa. Mereka sangat dekat sekali dengan ibunya. Â Kehidupan memang seperti menyusun puzzle, kita sendiri yang akan merasakan nikmatnya.
Ibu Mertua dan Petuahnya: "Jangan Pernah Banggakan Anak-anakmu di Depan Orang Lain"
Ibu Mertua adalah sosok orang tua tunggal yang mampu mengantarkan enam anaknya lulus sarjana dari PTN ternama di tanah air. Â Pelajaran pertama dari Ibu Mertua, Â jangan pernah banggakan anak-anakmu di depan orang lain. Â
Benar saja, hampir semua orang tua yang seangkatan dengan saya selalu bercerita tentang anak-anaknya.  "Luar biasa anak saya ini ....".  "Oh anak saya ini kebanggaan kakeknya, bikin sirik sepupu-sepupunya ....".  Ucapan itu seperti saling bersahutan dan karena ingat pesan Ibu Mertua saya, saya mencoba  menahan diri tidak ikut-ikutan.Â
Mengapa Ibu Mertua berpesan seperti itu? Pesan Ibu Mertua berarti sekolah pertama bagi saya dalam berumah tangga. Â Pesan itu ternyata sangat dahsyat maknanya.Â
Pertama, ketika kita berkumpul dengan teman-teman ada yang belum menikah, ada yang sudah menikah tapi belum dikaruniai anak, ada yang sedang berduka karena keguguran, dan sebab-sebab lainnya. Â Kedua, ini memang pesan ajaran agama jangan membanggakan keturunan, sebab bisa jadi ia adalah bagian dari ujian. Â Kita tetap harus bersyukur sekaligus waspada, dan waktulah yang akan membuktikannya.
Demikian cerita tentang ibu-ibu hebat sebagai sekolah pertama bagi saya. Tulisan ini saya dedikasikan untuk seluruh perempuan. Berbahagialah menjadi Ibu yang tempatnya tidak akan pernah tergantikan.  Ia mendapat tempat istimewa di hati anaknya.  Untuk seluruh  pengorbanannya pengganti terbaik bagi Ibu adalah surga dari Yang Maha Kuasa.Â
Tulisan ini juga sekaligus untuk menyambut Hari Guru Nasional yang diperingati tiap tanggal 25 November, khusus kepada para Guru Perempuan jadilah Ibu bagi anak-anak didiknya. Â Mudah-mudahan dedikasimu menjadi jalan kemudahan bagi anak-anak kandungmu dalam mengarungi kehidupannya.
Salam hormat!