Bismillahiirahmanirrahim
Beberapa waktu ini kita disibukan dengan perdebatan dugaan “penghinaan” terhadap salah satu ayat yang terkandung di dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 51 yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu dihadapan warga di kepulauan seribu dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh pemprov DKI Jakarta. Dalam video yang di ungah kepublik tersebut, “terasa” sekali sang Gubernur membuat pernyataan yang tidak dapat diterima oleh sebagian orang islam.
Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas apakah pernyataan sang gubernur dalam video yang diunggah tersebut salah atau tidak, namun saya mencoba mengajak teman – teman untuk bersama – sama memahami makna yang terkandung didalam surat Al Maidah ayat 51 secara komprehensif dengan pendekatan metodologi tafsir maudhu’i.
Berikut bunyi dari terjemah surat Al Maidah ayat 51
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”
Berikut Asbabul nuzul dari surah tersebut Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan al-Baihaqi, yang bersumber dari ‘Ubadah bin ash-Shamit bahwa ‘Abdullah bin Ubay bin Salul (tokoh munafik Madinah) dan ‘Ubadah bin ash-Shamit (salah seorang tokoh Islam dari Bani ‘Auf bin Khazraj) terikat oleh suatu perjanjian untuk saling membela dengan Yahudi Bani Qainuqa’. Ketika Bani Qainuqa’ memerangi Rasulullah saw.. ‘Abdullah bin Ubay tidak melibatkan diri. Sedangkan ‘Ubadah bin ash-Shamit berangkat menghadap Rasulullah saw. untuk membersihkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya dari ikatannya dengan Bani Qainuqa’ itu , serta menggabungkan diri bersama Rasulullah dan menyatakan hanya taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka turunlah ayat ini (al-Maa-idah: 51) yang mengingatkan orang yang beriman untuk tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak mengangkat kaum Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin mereka.
Sangat jelas sekali pernyataan Allah yang terkandung dalam surat ini larangan seseorang yang beriman dilarang untuk mengangkat pemimpin dari kalangan orang kafir. Larangan ini benar – benar di tujukan kepada orang – orang yang beriman. Sebelum jauh membahas tafsir surah al maidah ayat 51 ini ada baiknya kita sedikit mengulas makna iman itu sendiri, mendalami kembali karakteristik orang yang beriman sehingga akhirnya kita dapat mengetahui apakah kita termasuk orang – orang yang di larang oleh Allah SWT dalam surah Al Maidah ayat 51 tersebut.
Mengapa makna iman ini menjadi penting untuk dibahas, hal ini dikarenakan Allah SWT dalam Firmannya mengingatkan kita perihal siapa yang berhak menyandang sebutan orang yang beriman dari Allah. Dalam firmannya Al Quran surah Al Baqarah ayat 8 Allah SWT mengingatkan kita
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman
Bahkan dalam lanjutannya di ayat 9 Allah swt mengingatkan upaya yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengaku beriman ini untuk menipu Allah dan orang – orang benar – benar beriman.