"Y-ya, Pak," jawab mereka bertiga dengan suara bergetar.
"Bagus. Sekarang kembali ke kamar kalian. Tam, ambil selimutmu dan ikut saya ke gudang."
Saat berjalan keluar dari ruang kerja Pak Salvador, ketiga anak itu saling berpandangan. Ada penyesalan mendalam di mata mereka, tapi juga tekad untuk menjalani hukuman ini bersama-sama.
Malam itu menjadi awal dari periode sulit bagi Tam, Lucas, dan Elia.
Tam mengambil selimutnya dengan tangan gemetar dan mengikuti Pak Salvador ke gudang. Pintu gudang yang berat ditutup dan dikunci dari luar, meninggalkan Tam sendirian dalam kegelapan yang dingin dan lembab.
Beberapa jam berlalu. Tam berbaring di lantai gudang yang keras, mencoba untuk tidur namun gagal. Tiba-tiba, dia mendengar suara bisikan dan goresan halus dari arah jendela kecil di sudut gudang.
"Tam? Kau di sana?" bisik sebuah suara yang familiar.
Tam bangkit dan mendekati jendela. Matanya melebar ketika melihat wajah Lucas dan Elia mengintip dari luar.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Tam kaget.
"Kami tidak bisa membiarkanmu sendirian," jawab Lucas pelan.
Elia menambahkan, "Kami semua bersalah. Tidak adil jika hanya kau yang tidur di sini."