"Elia sayang, sudah waktunya masuk. Udara mulai dingin," ujar Suster Angela lembut.
Elia menoleh, senyumnya sedikit memudar. "Sebentar lagi ya, Suster. Aku yakin ibu akan datang hari ini."
Suster Angela menghela napas pelan, hatinya terasa berat melihat keyakinan Elia yang tak tergoyahkan. Ia duduk di samping gadis kecil itu, merangkulnya dengan penuh kasih sayang.
"Elia, ada yang ingin Suster bicarakan denganmu," Suster Angela memulai dengan hati-hati.
Elia menatap Suster Angela dengan mata birunya yang besar dan polos. "Tentang apa, Suster?"
Suster Angela membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu, namun ragu. Bagaimana ia harus menjelaskan kenyataan pahit pada gadis kecil yang begitu percaya pada mimpinya?
Tepat saat itu, suara klakson mobil terdengar dari arah gerbang. Elia segera bangkit, matanya berbinar penuh harap.
"Itu pasti ibu!" serunya gembira, berlari ke arah gerbang.
Suster Angela berdiri, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Ia mengikuti langkah Elia, bertanya-tanya siapa yang datang di saat seperti ini.
Gerbang panti terbuka perlahan, dan sebuah mobil mewah berwarna silver memasuki halaman. Elia berdiri dengan jantung berdebar, senyum lebar menghiasi wajahnya yang cantik.
Pintu mobil terbuka...