Lebih dari pada itu, bila kita menyelisik ke beberapa peninggalan kolonialisme Belanda di Desa Pacar, terdapat bangunan era kolonial berupa rumah papan dengan gaya arsitektur barat (namun beberapa tahun lalu sudah roboh) hingga di temukan alat perang berupa meriam besi.
Candela Watu Tinggil
Watu Tinggil yang tinggi dan besar ini memiliki lorong yang menembus dan atau menghubungkan kedua sisinya. Masyarakat desa setempat lazimnya menggunakan lorong ini sebagai jalur untuk menuju perkebunan yang ada disebelah batu itu.
Tak hanya itu, kini Watu Tinggil di sulap oleh masyarakat setempat menjadi tempat wisata. Baik untuk sekadar foto- foto hingga untuk wisata rohani. Lantaran dari atas batu ini kita bisa melihat penampakan desa-desa yang ada disekitar.
Pun pada salah satu sisi batu ini terdapat sebuah gua yang di dalamnya di letakan patung Bunda Maria.
Kebiasaan umat Katolik di wilayah Pacar menjelang Bulan Rosario dan/ atau Bulan Maria yang jatuh setiap bulan Mei dan Oktober, yakni melakukan ziarah ke Gua Maria Watu Tinggil untuk berkumpul dan berdoa bersama.
Baca juga: Sepak Bola Pentakosta Dikampung, Kalau Belum Terjadi Baku Pukul Berarti Belum Rame
Sisi lain, terdapat potensi dari Watu Tinggil di sambangi untuk tujuan penelitian. Terkhusus bagi seorang geolog untuk meneliti bebatuan itu dengan catatan sejarah di baliknya.
Keberadaan batu raksasa ini sangat unik dan menjadi daya tarik tersendiri bagi khalayak yang mengunjunginya.
Harus diakui memang selama ini daya promosi pariwisata di reksa wilayah Manggarai Barat sangatlah minim. Padahal bila di sibak lebih jauh, banyak tempat wisata yang berpontesial dan punya harga jual.