Sudah lama saya mengetahui cara berjual beli secara online. Namun belum pernah mencoba situs e-commerce seperti Bukalapak, Tokopedia, Lazada atau sejenisnya. Kalau Olx sudah.
Saya pernah berhasil menjual beberapa barang di Olx. Dengan mencantumkan nomor telepon, yang berminat membeli produk saya bisa langsung mengubungi. Negosiasi langsung dilakukan. Ketika sudah mencapai kesepakatan harga, saya meminta pembeli mentransfer uang ke nomor rekening yang saya kirimkan. Saya tidak mau mengambil resiko, karenanya, pembeli wajib membayar di depan. Aneh, mereka mengikuti keinginan saya, padahal kita belum pernah bertemu.
Untungnya saya baik. Begitu dana diterima saya langsung kirim. Diinfokan juga kapan mengirimnya dan menggunakan ekspedisi apa. Dilengkapi pula dengan foto2 barang yang siap dikirim.
Sayapun pernah membeli barang di Olx. Tapi saya tidak mau gegabah. Barang yang mau dibeli harus dilihat dulu beserta siapa penjualnya. Baru transaksi berani saya lakukan. Tidak semua orang yang sebaik saya bukan hehe..
Namun tiga situs e-commerce yang saya sebutkan di atas dan sejumlah lainnya memiliki sistem yang berbeda. Kalau Olx hanya menjadi penyedia informasi saja. Transaksi langsung dilakukan oleh penjual dan pembeli. Sedangkan Bukalapak dan dua lainnya tidak sekedar menjadi penyedia informasi, namun mereka juga menjadi penyedia sistem beli dan bayarnya juga. Pembeli membayar ke situs e-commerce. Setelah barang diterima dengan baik, kemudian situs e-commerce membayarkan kepada penjual.
Meskipun sistemnya aman. Namun saya tidak kunjung mencoba. Entah karena masih ragu atau karena belum ada barang yang mau dibeli.
Hingga beberapa waktu lalu, saya melihat sebuah paket datang ke kantor. Ketika saya tanya siapa yang punya, ternyata salah seorang teman kantor. Tak menunggu pertanyaan berikutnya dia cerita kalau barang tersebut dia beli di salah satu situs e-commerce.
Tertarik saya mendengar ceritanya. Rupanya teman ini bukan hanya membeli sekali ini saja, tapi sudah sering. Beraneka macam barang sudah dia beli. Mulai dari peralatan rumah tangga, pakaian dewasa sampai dengan popok bayi. Dia tidak takut gagal dalam transaksi. Karena setiap transaksi baru dinyatakan selesai jika barang sudah dia terima dengan baik. Pernah satu waktu barangnya rusak, dia kembalikan. Berhasil.
Berangkat dari cerita teman kantor tersebut, semakin kuat keinginan untuk mencoba. Akhirnya saya cobalah beberapa waktu lalu.
Barang yang ingin saya beli adalah tv led ukuran 40". Situs yang saya buka adalah Bukalapak.
Mulai satu per satu saya lihat pilihannya. Banyak juga. Penjualnya tidak hanya satu. Belasan. Hingga mata tertuju ke satu tawaran yang amat sangat menarik. TV LED merk Toshiba 40", harga Rp 1,320 juta. Woww murah sekali.
Benarkah ini? Saya cek akun penjualnya. Ternyata belum lama buka akun di Bukalapak. Bulan Agustus ini. Sangat baru.
Selain merk Toshiba, dia juga menjual tv lainnya (merk terkenal) dengan ukuran yang sama. Harga juga sama murahnya. Ya sudah, saya putuskan untuk membeli.
Untuk pembelian, sesuai dengam petunjuk Bukalapak, saya mengisi identitas dan alamat pengiriman. Tak lupa juga dengan nomor telepon. Sebentar saja selesai.
Sesudah itu, muncul notifikasi via email. Sesuai dengan barang yang saya beli, saya diminta untuk mentransfer dana ke rekening Bukalapak. Tidak persis dengan harga, dilebihkan pada tiga angka dibelakang dengan kombinasi angka unik. Tujuannya untuk mengidentifikasi dana yg dikirim berasal dari pembeli yang sesuai. Hmm disini yang mulai membedakan dibanding dengan Olx, pikir saya.
Saya pun mentransfer melalui mesin ATM.
Tak lama setelah mentransfer, Bukalapak mengirim notifikasi via email mengkonfirmasi proses transfer yang saya lakukan. Menerangkan bahwa dana berhasil ditransfer ke rekening mereka. Selanjutnya saya diminta menunggu barang untuk dikirim. Bukalapak akan memberikan notifikasi ke penjual untuk segera mengirim barang yang saya beli.
Di situs Bukalapak juga menyediakan fasilitas tracking barang. Kita dapat mengetahui sudah sampai sejauh mana barang dikirim oleh penjual.
Sampai disitu saya pun menunggu proses berikutnya.
Malam hari, saya menerima SMS dari nomor yang asing. Saya tidak mengetahui siap yang pengirim SMS, apakah dari penjual atau dari Bukalapak. Pengirim tidak memperkenalkan siapa dirinya. Isi SMS-nya mengabarkan bahwa barang yang saya pesan sudah dikirim. Kemungkinan besok atau lusa akan tiba. Resi pengiriman akan diupdate. Harap bersabar sampai besok.
Hmm..dari nadanya nih, pengirim SMS dari penjual kali ya..saya menebak-nebak dalam hati.
Saya tidak membalas SMS tersebut. Dibiarkan saja. Toh katanya tunggu sampai besok atau lusa. Tidak lamalah.
Keesokan harinya menjelang siang, saya menerima kabar dari Bukalapak via email. Isinya menyampaikan bahwa transaksi saya telah gagal. Ada indikasi penipuan dari penjualnya. Bukalapak akan mengembalikan uang yang saya ke rekening.
Membaca pemberitahuan dari Bukalapak hati saya datar saja. Dari awal sudah memantapkan hati seandainya kegagalan transaksi  terjadi. Harga yang sangat miring sementara barang seperti baru - karena tidak dinyatakan bekas - sudah menimbulkan tanda tanya. Namun karena penasaran, iseng-iseng berhadiah. Toh bukankah kalau gagal ada mekanisme pengamanan dari Bukalapak. Itulah yang mendasari kenapa saya bersikap datar saja, meskipun belum yakin 100% apakah sistem di Bukalapak benar-benar aman.
Satu pertanyaan terjawab sudah. Transaksi tidak berhasil. Demikian pemberitahuan dari Bukalapak. Artinya, barang yang sangat murah, ternyata bohong.
Tapi, siang hari saya mendapat telepon dari nomor yang tidak dikenal. Biasanya saya tidak angkat, namun mengingat-ingat tentang transaksi yang gagal di Bukalapak, saya berpikir mungkin ada hubungannya. Saya angkat telepon masuk itu.
Diseberang sana terdengar suara laki-laki dewasa beraksen Sumatera bagian utara. Datar namun terdengar kaku.
"Selamat siang, apa benar ini Bapak Al xxxxx, yang beralamat di xxxxx "
"Ya benar".
"Saya dari bea cukai Bandara Husein Sastranegara. Apa benar Bapak membeli tv LED Toshiba 40" di salah satu media online?
"Ada apa rupanya?"
"Begini Pak, di Bandara Hang Nadim, Batam, barang tersebut ditahan karena dicurigai ilegal, betul itu barang Bapak?"
Saya mulai meninggikan suara..ini pasti dari penjual yang menipu di Bukalapak, pikir saya yakin.
"Sebentar, tadi dibilang Bandara Husein Sastranegara, sekarang di bilang Hang Nadim, yang benar yang mana nih", suara saya mulai meninggi sambil juga meniru aksen sumatera. Emang dia doang yang bisa bersuara keras. Orang saya asli sumatera hehe..
"Iya ee.. itu barang dari Bandara Hang Nadim kemudian dikirim ke Bandara Husein Sastranegara", jelasnya, Â "Tapi.. itu benar barang bapak?"
"Kalau benar kenapa?" saya makin meninggi.
"Wuah kalau gitu Bapak sudah membeli barang ilegal", tuduhnya.
Sembarangan nih orang, perlu disikat juga hahaa.. Langsung saya serang balik.
"Enak kali kau sembarang tuduh, saya tuh betul mau beli barang, tapi belinya dari Jakarta. Ini kau bilang dari Batam, terus nyangkut di Bandung, kelihatan kali kau menipunya. Mau main-main kau rupanya!" Gertak saya.
Mendengar saya meninggi, dia tak kalah gertak juga. Mungkin sudah biasa.
"Hah Bapak yang salah, Bapak jelas beli barang ilegal. Awas ya nanti saya datang ke tempat Bapak!" ancamnya.
Sayapun tak kalah gertak.
"Tak perlu kau ke tempat aku, sini aku datang ke tempat kau. Dimana kau sekarang hahh...!!!
Sedetik saya selesai bicara, nada suarapun terputus. Kacau.
Sudahlah, toh saya sudah tahu transaksi tidak terjadi. Uang tidak diterima penjual penipu. Tapi masih di Bukalapak.
Di menu yang disebut buka dompet. Saya bisa melihat dana itu masih ada. Namun saya ingin dikembalikan ke rekening. Setelah mencari-cari tahu bagaimana melakukan pengembalian dana (refund), ketemu caranya dengan mengisi form yang disediakan Bukalapak secara online. Saya isi. Kemudian menunggu jawaban.
Tak lama ada jawaban. Bukalapak meminta saya melakukan reset password. Oke saya ikuti. Kemudian saya mendapat notifikasi bahwa password sudah diubah. Oke. Tapi belum jelas tentang refund.
Setelah menunggu satu hari, belum ada kejelasan. Saya berinisiatif menghubungi call center Bukalapak. Jawabannya normatif. Dicatat. Akan diproses oleh bagiannya. Oke ditunggu.
Satu hari berlalu belum dikirim juga. Belum juga ada pemberitahuan kapan uang akan ditransfer. Padahal mentransfer dana pasti tidak lama, pikir saya. Selama menuggu, Bukalapak beberapa kali mengirim email ke saya tentang berbagai penawaran. Intinya mencoba merangsang saya untuk tertarik membeli atau bertransaksi. Saya tidak bergeming. Yang saya inginkan uang kembali ke rekening. Perkara mau bertransaksi lagi, urusan nanti saja.
Tiga kali di hari yang berbeda saya menghubungi call centerBukalapak. Namun sampai tulisan ini saya buat, belum dipenuhi juga. Hari ini hari libur, juga dua hari ke depannya. Bukalapak pun juga orang-orangnya libur, pikir saya berbaik sangka. Terhitung dari dari informasi mengenai kegagalan sampai dengan sekarang memang baru empat hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H