“Ada apa ya pak?” tanya Jane dengan gugup.
“Ada apa! Masih mau bertanya ada apa! Sudah berapa orang yang kalian jahili hah?” kata Pak Robby dengan muka yang memerah.
Mereka hanya diam dan tertunduk.
“Kali ini saya benar-benar tak tahan dengan sikap kalian yang seperti ini” ucap Pak Robby dengan nada keesalannya.
“Kami tidak melakukan apa-apa pak” kata Jane tanpa rasa bersalah.
“masih mau membela diri hah? Apa yang kalian perbuat benar-benar keterlaluan! Kemarin Arthur dan anak baru itu menceritakan semuanya kepada saya” kata Pak Robby sambil menghela nafasnya.
Mareka hanya terdiam tanpa bersuara sedikit pun, dengan keringat yang mengalir dari dahi, dan tangan mereka yang gemetaran, seketika menjadi dingin.
“Sekarang gini, saat ini saya tidak bisa menahan kalian bertiga di sekolah ini lagi, perbuatan kalian kali ini benar-benar berdampak besar bagi sekolah, untung saja orang tua dari anak baru itu tidak begitu memikirkan hal ini” jelas Pak Robby.
“Loh! Jangan keluarkan kami pak, nanti kami mau bilang apa sama orang tua kami” jawab Jane dengan berani.
“Ya.. itukan salah kalian sendiri, yang melakukan siapa yg tanggung jawab siapa!” kata Pak Robby seakan tak peduli.
Mereka terus memohon kepada Pak Robby, agar tidak mengeluarkan mereka bertiga. Pak Robby pun tidak tega melihat nasib anak-anak ini, mereka yang sudah duduk di bangku kelas 3 SMA yang sebentar lagi lulus, tidak mungkin dikeluarkan begitu saja. Akhirnya pak robby memutuskan untuk tidak mengeluarkan mereka, tapi dengan syarat yang akan diberikan oleh pihak sekolah. Lama berpikir, akhirnya pak robby memutuskan sesuatu untuk mereka.