Gigitan si Oyen garong membuat bulu-bulu ditengkukku rontok dan botak. Mudah-mudahan emak mengerti kalau sampai aku hamil itu bukan keinginanku. Aku dirudapaksa. Hu Hu Hu.
Di saat emak memergoki si Oyen menyetubuhiku, ia berusaha mengusirnya dengan menyemprotkan air ke tubuh si Oyen. Sesaat dia melonggarkan tindihannya dan aku berhasil kabur, tapi dia tetap mengejarku dan aku tertindih lagi.
Suasana di waktu makan mulai kembali seperti semula. Si Oyen masih menyatroni rumah emakku, tapi dia tidak segarang dulu, sehingga yang lainnya mulai bisa makan dengan nyaman. Cuma emakku yang masih kesal terhadap tindakan Oyen padaku.
Tetapi rupanya si Oyen ini playboy cap kucing. (kami memang kucing mak). Di depan mataku dia mendekati Rungi, tapi Rungi selalu berhasil meloloskan diri dengan cara menyerangnya balik.
Ach ... andai saja aku bisa seperti Rungi, tentu aku tidak jadi dilecehkan berulang-ulang. Â
Emak... Maafkan aku. Saat ini anakmu menanggung beban. Tak ada yang dapat kuperbuat selain menunggu perutku membuncit berisi janin buah terlarang.Â
"Semoga Semua Makhluk Berbahagia." Doakan aku juga ya mak...
**
Jakarta, 30 Desember 2023
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik
Hidup Harus Penuh Sati, Setiap Saat Diamati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H