Saat aku datang, sudah ada paman Cipluk dan Oyen yang juga menyambangi emakku setiap pagi dan sore.
Keadaan damai-damai saja, walaupun terkadang emak mengomeli indukku yang tidak peduli padaku.
Oh ya, indukku dinamai si Tiktik dan aku si abu karena pada waktu pertama kali dilihat emakku, aku benar-benar menyedihkan.
Mulai saat itu sampai sekarang hanya aku yang menetap diberanda rumah emakku.
Kemudian berturut-turut datanglah rombongan lain bergabung bersama kami. Pertama-tama si Rungi, mukanya imut mirip kucing sphynx, cuma dia berbulu.
Mungkin dia sepantaran denganku, tetapi sudah hamil dan selalu berebut mencari perhatian emakku. Akhirnya dia berhasil
Namun hari ini dia tidak kelihatan, mungkinkah sudah melahirkan? Apakah dia juga kena tampol si Garong.
Aku sebenarnya ingin hamil juga supaya tidak harus disuruh mengalah terus sama si Rungi, tapi emak bilang aku masih kecil belum boleh kawin.
Lalu muncullah si Pika, warnanya putih kuning. Dia kucing yang terlalu penakut dan susah di dekaiti. Namun, sekarang dia sudah mau mendekatii emakku.
Si Putih sebenarnya berwarna kembang telon, tapi entah mengapa emakku memanggilnya si Putih.
Ada satu yang sering sekali dapat marah dari emak, karena tukang serobot dan sering mengambil jatah yang lainnya. Padahal dia sudah diberi makan. Namanya Pika.